Kabar mengejutkan itu disampaikan pengelola rumah Kolonel Soerahmad, Gunawan Wibisono, yang bertugas merawat bangunan peninggalan mantan Komandan Resimen I (34) Kediri tahun 1946 itu. Di kalangan militer, nama Soerahmad juga dikenang sebagai salah satu pendiri Kodam Brawijaya. “Rumah ini juga dijadikan rapat dan kegiatan militer Kolonel Soerahmad pada zaman kemerdekaan,” kata Gunawan.
Sejak meninggal pada 1984 silam, Kolonel Soerahmad menitipkan rumah tersebut kepada Soenardjo, ayah Gunawan untuk dirawat. Kolonel Soerahmad sendiri menduduki kursi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia usai mengundurkan diri dari Angkatan Darat.
Supatmi, 62 tahun, istri Soenardjo, mengatakan, rumah kuno yang berdiri di lahan seluas 3.720 meter persegi itu memiliki nilai sejarah tinggi. Bahkan dalam salah satu catatan tangan yang ditulis Soerahmad, rapat pembentukan Kodam Brawijaya pernah dilakukan di rumah itu. Atas peran besarnya inilah Pemerintah Kota Kediri menjadikan Kolonel Soerahmad sebagai nama salah satu jalan di kota tersebut. “Mungkin hanya nama jalan itu yang bisa dikenang dari beliau,” ujar Supatmi, pensiunan guru sekolah dasar ini.
Saat ini, sembilan anak Soerahmad menetap di Jakarta. Setiap satu bulan sekali mereka mengirimkan uang kepada Supatmi untuk membiayai perawatan rumah tersebut. Sedangkan biaya listrik dan keperluan lainnya harus dipikul sendiri oleh Supatmi dengan dibantu anaknya yang bekerja sebagai pembuat patung.
Karena keterbatasan anggaran dan nilai sejarah itulah Pemerintah Kota Kediri sempat berencana menjadikan rumah itu sebagai Museum Perjuangan. Mantan Wali Kota Kediri HA Maschut bahkan telah melakukan peletakan batu pertama pembangunan museum pada 2005.
Sayang, upaya itu terhenti ketika sebuah yayasan di Jakarta menggugat kepemilikan rumah tersebut. Mahkamah Agung dalam keputusannya tahun 2008, akhirnya memenangkan hak kepemilikan rumah kepada keluarga Soerahmad. “Sejak itulah Pemerintah Kota tak lagi melanjutkan pembangunan museum,” kata Supatmi.
Tidak jelasnya perawatan dan pengelolaan rumah itulah yang hingga akhirnya mendorong ahli waris untuk menjualnya. Menurut Gunawan, pihak keluarga sempat menawarkan rumah tersebut kepada Wali Kota Kediri Samsul Ashar sebesar Rp 6 miliar. Namun permintaan itu ditolak hingga akhirnya jatuh kepada seseorang bernama Alwi Muhammad Mubarok.
Rencananya rumah tersebut akan dihancurkan dan disulap menjadi lapangan futsal, kafe, apartemen, tempat cuci mobil, dan usaha lain. Gunawan sendiri di-deadline untuk segera mengosongkan rumah hingga 15 April mendatang. Saat ini sebagian benda-benda kuno di rumah itu seperti buku, mebel, dan foto dokumentasi Kolonel Soerahmad telah dikirim ke Jakarta.
HARI TRI WASONO