“Tujuh perupa dari Jerman dan tujuh dari Yogyakarta serta sejumlah perupa dari Lampung akan ikut dalam acara itu,” kata Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Lampung Salvator Yen Joenaidi, Senin (4/4).
Kemah seni kali ini berupaya memperkenalkan keelokan alam Lampung di Teluk Kelumbayan yang terkenal dengan bentangan laut lepas dan cengkrama lumba-umba di tengah laut. Dengan demikian, kata dia, aspek promosi pariwisata juga menempel pada acara tersebut. “Setelah kembali mereka bisa bercerita tentang keelokan tanah Lampung,” ujarnya.
Tujuh seniman asal Jerman yang ikut dalam acaa itu adalah Paul Pretzer, Ulrike Stolte, Yasmin Alt, Tilman, Fee Vogle, Franziska Fennet, Cosima Tribukeit. Sementara seniman Yogyakarta adalah Deni Rahman, Rifki Sukma, Lashita Situmorang, Sigit Bapak, Indra Dodi dan Lenny Ratnasari Weichert serta Edo Pillu. “Mereka merupakan peserta program Crossing Signs Project yang juga digelar di sejumlah kota di Indonesia,” tambahnya.
Selama berada di perkemahan para seniman itu akan melukis bersama dengan merespon alam sekitar dan menggelar dialog budaya. Sebelumnya mereka juga melakukan presentasi dan melakukan pemaparan tentang program Crossing Sign Project. Sejumlah pelukis asal Lampung menampilkan lukisan dari ampas kopi.
Nurochman Arrazie