Bencana alam kerap menyisakan kepiluan di benak para korban. Tak terkecuali Azhar Horo. Bencana alam menjadi sebuah traumatik dan bahkan mimpi buruk yang tak berkesudahan. Namun Azhar lebih memilih bangkit dan memanfaatkan traumatikanya menjadi sebuah ide yang menjual.
Sebuahexplosive, atawa “Ledakan” menjadi inspirasinya dalam berkarya semenjak itu. Ditambah kemurkaan Gunung Merapi tahun lalu, “ledakan” Azhar kian menjadi di atas kanvas. Terciptalah sebuah pameran tunggalnya bertajuk Explosive Contemporapy di Galeri Apik, Radio Dalam, Jakarta Selatan, hingga 27 April 2011.
Pada lukisan bertajuk Secret Garden, Azhar menyentil pengunjung pada rasionalitas yang agak nakal. Lukisan ini bergambar taman bunga dengan sudut pandang dari kejauhan yang kian lama makin dekat. Di sudut terdepan lukisan, sebuah ledakan membuncahkan beberapa lembar pakaian dalam wanita dan pria di antara semak-semak kering. “Setiap taman pasti punya rahasia, begitu juga hati manusia,” ujar Azhar singkat di galeri.
Kurator pameran Anton Larenz, menilai bahwa karya-karya Azhar cukup banyak mengandung unsur kebaruan. “Dia cenderung bersifat eksplosif,” katanya. Maka tengoklah karya lainnya yang dianggap paling menarik. Sebuah lukisan pemandangan gunung kapur yang dikonsep dengan dualitas -dua kanvas- berukuran tanggung.
Azhar Horo, perupa kelahiran Boyolali, 27 Febuari 1976 ini menjadi kian tenar semenjak ia dinobatkan menjadi Best Painting from Fine Art Study Program oleh Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada 1997 silam. Setahun kemudian, sebuah penghargaan bergengsi, The Best Top Ten of Indonesian Art Awards yang diberikan Phillip Moorris Inc. national Gallery, makin menyinari karirnya sebagai salah satu perupa yang diperhitungkan. Selanjutnya, pada 1999 ia meraih The Best Top five of The Winsor Newton World Wide Millenium Painting Competition.
Aguslia Hidayah