Ternyata mereka punya tujuan khusus saat menyokong film karya sutradara Indra Tirtana itu. Permadi, yang telah lama dikenal sebagai paranormal dan politikus, mengaku mau terlibat karena cerita horor ini berbeda. "Saya tidak pernah sepakat tentang film yang mengisahkan bahwa mahluk halus atau setan bisa membunuh manusia. Nah, film ini mencoba mematahkan argumentasi yang sudah terlanjur berkembang itu dan saya mendukungnya," kata Permadi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Film yang diproduksi D'Lalang Pictures tersebut mengisahkan Viki, Alissa, Cintya, Rama, Rezky, dan Olla, mengadakan reuni di sebuah vila bernama Jalatunda yang dijaga oleh seorang kakek bernama Sastro. Istri kakek Sastro, nenek Murti, senang melantunkan tembang Jawa berunsur magis. Saat pesta berlangsung, mereka mengadakan sesi "pengakuan dosa" dengan saling mengungkapkan perasaan mereka selama ini, lalu mengirimnya ke ponsel masing-masing. Dari pesan pendek itu mereka akhirnya mengetahui apa yang mereka rasakan selama ini.
Suatu malam, Viki dan Alissa melakukan perbuatan terlarang di sebuah gudang, hingga diketahui oleh sesosok "hantu". Di sanalah Alissa terbunuh dan Viki pingsan. Teman-teman yang lain diteror oleh sosok hantu misterius lewat ponsel dengan suara tembang yang biasa dilantunkan oleh Nenek Murti. Teror-teror itu membuat semuanya merasa frustrasi. Lalu mereka mendatangi orang pintar dan diminta untuk kembali ke vila untuk menyelesaikan semua masalah mereka setahun berselang. Mereka kembali lagi ke vila Jalatunda untuk menyelesaikan perkara itu.
Adapun Guruh Soekarno Putra mau terlibat dalam penggarapan film ini karena ingin mengubah citra film horor yang dianggap kelas dua di masyarakat. "Saya ingin menunjukkan pada publik, bahwa seniman seperti saya pun mau melirik film horor," katanya.
Menurut Guruh, film, laiknya industri musik, memiliki beragam genre. "Di musik ada rock, pop, dan bahkan dangdut. Tidak ada yang paling tinggi dan rendah dari semuanya. Begitu juga film, ada horor, drama, bahkan laga. Dan di antara itu tidak ada yang paling baik dan paling buruk," jelasnya.
Aguslia Hidayah