Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Musikal Pelesetan Gaya Yogya  

image-gnews
Pertunjukkan drama musikal Laskar Dagelan bertema
Pertunjukkan drama musikal Laskar Dagelan bertema "From Republik Jogja With Love" di Graha Bakti Budaya-Taman Ismail Marzuki, Jakarta.(TEMPO/Jacky Rachmansyah)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Apa jadinya jika para komedian itu kehilangan job. Mereka tak bisa lagi melucu karena harus bersaing dengan ulah para politikus yang serba keblinger dan makin hari tambah lucu saja.

Para komedian itu pun tak pendek akal. Mereka kemudian merebut perhatian dengan mencoba menertawakan perilaku para politikus itu--tentu saja bukan untuk balas dendam.

Begitulah guyonan yang disajikan para komedian itu dalam musikal Laskar Dagelan: From Republik Jogja with Love di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa dan Rabu lalu. Sepanjang dua hari pementasan, gedung pertunjukan dipadati penonton yang haus akan banyolan gaya Yogya yang cerdas. Kebanyakan dari mereka adalah orang urban asal Yogya atau pernah berada di sana lalu jatuh hati dengannya.

Laskar Dagelan adalah musikal dagelan pelesetan yang memparodikan isu-isu hangat media dengan gaya Yogya. Pelesetan sendiri sudah menjadi kultur orang Yogya, yang akarnya sebetulnya bisa dilacak dari guyon parikena, dagelan Mataraman Basiyo.

Menurut seniman Butet Kertaradjasa sebagai tim kreatif, Laskar Dagelan adalah pelesetan dari drama musikal Laskar Pelangi garapan Mira Lesmana dan Riri Riza yang dipentaskan pada awal 2011. Tapi pertunjukan ini tak dipenuhi lagu hingga dialog yang dibumbui iringan musik seperti musikal pada umumnya.

Laskar Dagelan adalah drama yang memfragmenkan lagu rap milik Jogja Hip Hop Foundation yang digawangi oleh Marzuki Mohammad. "Lagu-lagu itu dikumpulkan, baru kemudian naskah disusun untuk menjadi cerita utuh," ujar Agus Noor, penulis naskah ini. Tiap-tiap lagu yang dinyanyikan pasti didahului oleh adegan banyolan sebagai pengantarnya.

Seperti awal adegan, punakawan yang diperankan oleh Joned, Wisben, Gareng Rakasiwi, dan Yu Ningsih yang berperan sebagai penjual gudeg. Para komedian Yogya ini kerap muncul dalam acara Obrolan Angkringan di stasiun TVRI Yogya. Isinya, mereka memperbincangkan segala hal dan membahasnya dengan dagelan. Cara ini mereka bawa dalam fragmen musikal tersebut. Tak mengherankan jika bayangan kita akan tertuju pada satu suguhan program acara itu.

Selain mereka, tampil pula Susilo Nugroho, pemain Teater Gandrik. Sesekali warna Gandrik juga meruap di sana. Susilo berperan sebagai Den Sus, tanpa 88, seorang kejawen dan selalu menjajakan batu akik sebagai pengasihan kepada Hanung Bramantyo, yang memerankan sutradara dari Jakarta.

Pentas berdurasi sekitar dua jam itu selalu ingin menyentil apa yang paling hot dalam dunia media, termasuk politik. Mereka selalu mempertimbangkan sajian dengan berita terbaru. Misalnya Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta yang sempat kisruh. Atau, berita seorang politikus yang beberapa waktu lalu mengalami insiden salah masuk pesawat. Ini menjadi garapan guyonan mereka. Bahkan banyak isu lain yang mereka garap dengan getir.

Tiap aktor memiliki gaya atau siasat pribadi untuk mengolah bahan menjadi pelesetan. Meski banyolan itu selalu muncul dalam dagelan sebelumnya di Yogya, guyonan mereka tetap segar dan tak membosankan.

Itulah tantangan Djaduk Ferianto sebagai sutradara. Para aktor terbiasa berlatih dalam atmosfer seni tradisi. Dagelan yang muncul acap lebih greng jika sudah berada dalam pentas. "Improvisasi bisa muncul tak terkendali. Kita terbatas oleh waktu," kata Djaduk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski ada ruang-ruang improvisasi yang ditoleransi, menurut Djaduk, para aktor harus tetap patuh oleh naskah. Pola ini semakin mengukuhkan bahwa taktik dramaturgi teater tradisi yang sederhana jika diolah sedemikian rupa akan menjadi tampilan kontemporer yang berbobot.

Seperti Marwoto yang memerankan punggawa Keraton. Dari awal, ia memang diset menjadi punggawa yang sok tahu mengerti segala hal, meluap-luap tetapi ternyata arahannya tak berbobot. Saat latihan, peran itu tak begitu terlihat. Begitu gladi resik mencobakan panggung dan pencahayaan, pamor ketokohannya segera muncul. Maka Djaduk mendaulatnya untuk mempertahankan itu.

Kekuatan para aktor juga ditunjukkan melalui keterampilan mereka berbalas canda atau memanfaatkan properti. Seperti saat Den Sus harus memimpin strategi untuk protes pada Presiden untuk mempertahankan status keistimewaan Yogya. Susilo memanfaatkan kartu brigde untuk menggambarkan pihak-pihak yang menjadi sasaran. Kartu As, misalnya, digambarkan sebagai Senayan. Lalu Jack adalah Istana. Dan kita akan ketawa saat giliran kartu King-Queen, ia gambarkan sebagai kompleks Taman Lawang yang berisi waria.

Semua lagu yang dinyanyikan adalah karya Jogja Hip Hop Foundation. Hip hop dipilih karena genre ini mewakili modernisme, budaya yang bukan berasal dari Yogya yang hormat terhadap kultur budayanya. "Yogya adalah sebuah proses yang terus tumbuh. Tak menutup perubahan dan kemajemukan," ujar Butet.

Jogja Hip Hop Foundation, grup hip hop yang mengusung lirik lagu berbahasa Jawa, menjadi satu di antara banyak magnet dalam pertunjukan musikal tersebut. Mereka saling menguatkan dengan gaya yang sama-sama khas. Apalagi kehadiran So'imah yang memerankan Show Imah, sinden kosmopolit yang berkolaborasi dengan hip hop.

So'imah juga berperan sebagai perempuan muda yang kepincut dengan sutradara Jakarta (diperankan Hanung). Kekenesannya yang ditampilkan dengan lugu dan ndheso membuat para penonton tergelak.

Akhir ceritanya sangat sederhana dan terlihat dipelesetkan. Sutradara dari Jakarta itu tak memilih sang perempuan muda cantik, tapi justru menjatuhkan pilihan kepada Yu Ningsih, penjual gudeg tua yang kerap jadi bulan-bulanan, ibu Show Imah. Gendheng!

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

14 jam lalu

Instagram kembali mengeluarkan fitur baru. Kini Anda bisa menambahkan musik di bio Instagram yang bisa diputar. Berikut caranya. Foto: Canva
Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

Instagram kembali mengeluarkan fitur baru. Kini Anda bisa menambahkan musik di bio Instagram yang bisa diputar. Berikut caranya.


Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

8 hari lalu

Spotify. cbc.ca
Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

Spotify mengembangkan fitur pembuatan playlist lagu berbasis kecerdasan buatan. Pengguna bisa memakai keyword unik untuk mencari musik favorit.


Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

13 hari lalu

Lizzo. (Instagram/@lizzobeating)
Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

Penyanyi Lizzo sempat menyatakan di Instagram dia ingin mengakhiri kariernya dalam industri musik


45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

31 hari lalu

Penampilan Adam Levine di Super Bowl/USA Today
45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

Adam Levine vokalis Maroon 5 yang juha Juri The Voice America hari ini berulang tahun ke-45. Ini karier bermusiknya dan tangga raih kesuksesan.


Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

32 hari lalu

Dua terduga pelaku asusila modus orkes musik keliling diperiksa tim penyidik Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim di Kantor Polrestabes Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, 16 Maret 2024. Foto: ANTARA.
Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

Polisi menangkap enam orang anggota orkes musik kelilng usai viral video perbuatan asusila dua personelnya


Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

35 hari lalu

Ilustrasi senam aerobic. Dok. TEMPO/Nickmatulhuda
Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

Pakar audiologi mengingatkan dampak suara keras pada pendengaran, baik musik maupun teriakan instruktur, di pusat kebugaran atau kelas senam.


Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

36 hari lalu

Adrie Subono. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.


Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

42 hari lalu

Penampilan Jaafar Jackson yang berperan sebagai Michael Jackson dalam film MIchael. Diabadikan oleh fotografer Kevin Mazur. Instagram.com/@antoinefuquaJaafar Jackson. Instagram.com/@antoinefuqua
Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

Pemeran Michael Jackson dalam film biopik Michael akan diperankan keponakannya, Jaafar Jackson. Ini profil anak Jermaine Jackson itu.


Adobe Kenalkan Sistem Komposer Berbasis AI, Menerjemahkan Teks Menjadi Musik

43 hari lalu

Logo Adobe
Adobe Kenalkan Sistem Komposer Berbasis AI, Menerjemahkan Teks Menjadi Musik

Menyaingi penerjemahan teks menjadi gambar, Adobe memberikan teknologi AI yang bisa mengubah teks menjadi musik.


Kemendikbudristek Kembali Gelar Audisi Gita Bahana Nusantara, Ini Jadwalnya

50 hari lalu

Nathania Karina atau yang akrab disapa Nia, akan menjadi konduktor  Gita Bahana Nusantara (GBN) dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Foto : Kemendikbud
Kemendikbudristek Kembali Gelar Audisi Gita Bahana Nusantara, Ini Jadwalnya

Kemendikbudristek menilai GBN adalah representasi Indonesia mini, artikulasi musikal dalam sebuah ekspresi kultural.