Apa yang disajikan seniman asal Yogyakarta berdarah Padang itu dapat dinikmati dalam pameran Handiwirman dan Benda-benda In-Situ "Tak Berakar Tak Berpucuk". Pameran yang berlangsung di Galeri Nasional Jakarta ini digelar sejak 29 Maret hingga 5 April 2011.
Tema "Tak Berakar Tak Berpucuk" menjadi penegasan sang seniman bahwa ia tengah memboyong benda-benda yang nihil unsur kehidupannya. Pada karya bernomor lima, misalnya, Handiwirman menyandingkan sebatang pohon yang ditebang dengan gulungan seng atap rumah. Posisi sejajar keduanya menegaskan antara sesuatu yang alami dan buatan. Sesuatu yang tadinya hidup, tapi kini batang pohon itu telah mati, tak ubahnya seperti seng. Tadinya berakar dan berpucuk, kini pun tak lagi.
Karya instalasinya tidak berjudul, melainkan hanya dinomori satu per satu. Karya nomor satu Handiwirman menjadi pemandangan instalasi paling besar di ruang pameran. Sebuah benda yang boleh dibilang mirip dengan perahu nelayan, bertengger di atas akar-akar pohon besar. Perahu yang hanya berhias lampu petromak ini terbuat dari baja bermotif sarung kotak-kotak merah jambu.
Perupa jebolan Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan 1996 ini mengawali karirnya dalam sebuah pameran perdana Sanggar Sakato Purna Budaya, Yogyakarta (1995). Karyanya pernah mampir di Hanoi, Vietnam dalam Asean Art Awards (1998), dalam "Under Construction : New Dimension of Asian Art" di Tokyo Opera City Art Galeri, Jepang (2002), dan “China International Gallery Exposition” Langgeng Galeri di Beijing, Cina (2007).
Aguslia Hidayah