Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penafsir Sureq Galigo Tutup Usia  

image-gnews
Muhammad Salim. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Muhammad Salim. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Dunia kesusastraan Sulawesi Selatan tengah berduka. Muhammad Salim, transliterator atau penerjemah dan penafsir Sureq Galigo--hikayat Bugis Kuno yang sudah diakui sebagai salah satu karya sastra terpanjang di dunia--meninggal. Salim meninggal dalam usia 74 tahun di kediamannya, Jalan Adipura I Lorong 3C Nomor 31, Makassar, setelah menunaikan salat magrib, Minggu lalu.


Andi Mochammad Redo, Ketua Yayasan Kesenian Batara Gowa sekaligus anggota tim produksi pementasan I La Galigo, menuturkan, tiga hari lalu, Salim masih sempat mengikuti rapat persiapan pementasan. Rencananya, pementasan itu digelar pada 23 dan 24 April 2011 di Benteng Fort Rotterdam, Makassar. "Saat meeting itu, almarhum selalu menceritakan proses penciptaan dalam Sureq Galigo. Mungkin ini semacam firasat," kata Redo.


Di mata Redo dan orang-orang yang terlibat dalam proyek transliterasi dan penerjemahan Sureq Galigo, Salim memiliki dua teladan dalam pekerjaan itu. "Pertama, beliau orang yang konsisten dalam bidangnya. Kedua, beliau disiplin dalam waktu dan pekerjaan," katanya.


Selain sebagai penerjemah, menurut Redo, Salim adalah penafsir yang sangat bagus. Sayangnya, hingga saat-saat terakhir, Salim belum memberikan nama murid yang akan meneruskan keahliannya tersebut. "Murid yang bisa membaca Sureq Galigo banyak. Tapi sulit menemukan penafsir seperti beliau," katanya. Tak aneh jika selama ini Redo banyak menemani para peneliti dari berbagai perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri menemui dan belajar kepada Salim.


Salim lahir di Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, pada 4 Mei 1936. Pengalaman menulis dan menerjemahkan dalam aksara lontarak ke huruf latin terasah sejak Salim duduk di bangku pesantren di Allakuang, Sidrap. Di sana, ia terbiasa menerjemahkan naskah berbahasa Arab ke dalam bahasa Bugis dengan huruf lontarak.


Semasa hidupnya, Salim pernah bekerja sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Sidrap, anggota staf dinas permuseuman dan kepurbakalaan, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, dan peneliti di Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan.


Karya yang sudah lahir dari tangannya adalah transliterasi dan terjemahan 12 jilid Sureq Galigo karya Arung Pancana Toa, Lontarak Sidenreng, Lontarak Soppeng/Luwu, Budhistihara, Pappaseng, dan Lontarak Enrekang. Naskah yang disebutkan terakhir tengah dikerjakan sebelum Salim berpulang.


Salim juga berperan penting sebagai penasihat teks untuk produksi teater internasional I La Galigo, yang pentas di beberapa negara. Dalam rangkaian acara teater I La Galigo, yang akan pentas di Makassar nanti, rencananya Salim berbicara dalam seminar dan memberikan kuliah umum. Sayang, rencana ini tak bisa terwujud. Salim dikebumikan di tanah kelahirannya, Sidrap, kemarin sore.



HAYATI MAULANA NUR

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.