Untuk mengakali transisi peralihan adegan misalnya, perpindahan setting justru dilakukan terbuka. Itu menjadi irama dan tontonan tersendiri bagi pemirsa. Dengan waktu hanya lima hari, Onny menjawab tantangan Nano dan Syaeful. "Onny itu seniman gila," kata Nano. Dengan bujet kebutuhan skenografi lebih dari Rp 300 juta, Onny menggabungkan teknik arsitektur, sipil, seni rupa, dan film. Juga melakukan jurus penghematan.
Persentuhan Onny dengan Teater Koma diawali dari penataan panggung Kunjungan Cinta, Kenapa Dengan Leonardo, Sie Jin Kwie seri pertama (2010), dan seri kedua (2011). Kenal Nano lewat dramawan Arifin C Noer, ketika dia membantu Danarto yang mengerjakan set panggung teater Sumur Tanpa Dasar garapan Arifin. Ketika diminta Nano mengerjakan skenografi Koma, Onny sempat cemas karena Koma dan Nano sudah punya gaya. "Sedangkan saya cenderung realis," kata jebolan IKJ angkatan 1979 (masih zaman LKPJ) jurusan seni rupa patung.
Karena persentuhan dan perkawanan yang cukup lama dengan Teater Koma, Onny mengaku tak mau dibayar sebagai skenografer Sie Jin Kwie. Dia hanya minta Teater Koma menghitung belanja teknis dan honor para tenaga kerja. "Ini bentuk pengabdian saya pada seni murni dan Teater Koma yang sudah saya anggap keluarga sendiri," kata Onny.
Onny terbantu mengerjakan panggung Sie Jin Kwie karena dia punya usaha di bidang penyediaan fasilitas teknis, tata lampu, set panggung untuk kegiatan entertainmen sekelas Java Jazz. Aktifitas Onny di bawah bendera PT Pentas Cahaya Prima itulah yang membuatnya bisa memberikan derma pikiran dan tenaga menggarap panggung Sie Jin Kwie. "Ini refreshing sekaligus menghormati saudara-saudara seniman yang begitu setia pada seni," kata Onny.
DWIDJO U. MAKSUM