Jeritan penonton kian menggemuruh ketika Brett Anderson, 43 tahun, vokalis grup alternative rock asal Inggris itu bergabung dan berdiri di tengah panggung. Tanpa basa-basi, Brett yang berkemeja dan bercelana panjang hitam langsung mengambil mikrofon dan menyanyikan This Hollywood Life. Brett menyelesaikan lagu yang diambil dari album Dog Man Star (1994) itu dengan sempurna.
Tanpa jeda, Brett kemudian membawakan nomor She,Trash, dan Filmstar dari album ketiga mereka, Coming Up (1996). Lalu dilanjutkan dengan lagu Animal Nitrate dari album berjudul Suede, yang dirilis 18 tahun lalu, dan We Are The Pigs dari album Dog Man Star.
Setelah membawakan sekitar enam lagu, barulah Brett menyapa penonton. “It’s glad to be here. Are you enjoy the show?” kata dia, yang disambut antusias sekitar 8.000 penonton.
Malam itu Suede tampil dalam acara bertajuk “Konser Live & Rockin’” dengan promotor Ismaya Live. Konser yang dimulai pada pukul 19.00 diawali dengan penampilan 2 PM, boy band dari Korea, yang hanya membawakan empat lagu.
Konser Suede malam itu merupakan penampilan mereka yang kedua di Indonesia. Pada 2003, di bawah promotor Java Musikindo, Suede tampil dalam konser tunggal di Tennis Indoor Senayan, Jakarta.
Konser “Live & Rockin’” itu diumumkan sekitar sebulan lalu. Tak ada satu pun billboard atau spanduk yang memberi tahu rencana konser itu. “Ini memang permintaan dari sponsor BlackBerry untuk mengumumkan melalui social media, seperti Foursquare, Twitter, dan website,” kata staf Marketing and Promotion Ismaya Live, Christie Atmadja, ketika dihubungi melalui telepon selulernya.
Penyelenggara konser “Live & Rockin’” mengadakan program trade-in (tukar tambah) BlackBerry. Tak seperti tiket konser normal lainnya, penonton yang ingin menikmati konser dapat membeli BlackBerry tipe Onyx, Torch, dan Curve 3G, untuk ditukar dengan dua tiket dan penggantian Rp 200-400 ribu untuk setiap telepon seluler bekas merek apa pun yang dibawa oleh calon penonton.
Sistem tiket yang tak biasa itu membuat frustrasi para penggemar berat Suede di Indonesia. Menanggapi ini, Christie mengatakan konser “Live & Rockin’” memang bermula dari event BlackBerry untuk melakukan program trade-in. “Kemudian terjadi kontra karena mereka pengen nonton konser, bukannya membeli BlackBerry,” kata Christie.
Penggemar Suede, yang berusia antara 20-an dan 30-an tahun kemudian menumpahkan kegundahan mereka dalam forum di situs resmi Suede, www.suede.co.uk. Beruntung, kegundahan para penggemar itu direspons baik oleh manajemen Suede.
Pada 8 Maret 2011, situs resmi Suede mengumumkan adanya kuis untuk memenangi tiket konser tanpa harus menukarnya dengan pembelian BlackBerry. Kuis itu merupakan bentuk kompromi antara manajemen Suede, promotor, dan pihak sponsor. “Beruntung tim manajemen Suede memperjuangkan keinginan para fans untuk menonton sehingga malam ini kami bisa melihat pertunjukan Suede,” kata Tessa, 29 tahun, salah satu penggemar Suede, seusai konser.
Suede, yang dibentuk di London pada 1989, hingga saat ini telah menelurkan lima album dan satu album The Best. Namun tak satu pun lagu dari album New Morning, album terakhir yang dirilis pada 2002, dinyanyikan dalam konser selama 90 menit malam itu. Sedangkan dari album sebelumnya, Head Music, lagu yang dinyanyikan adalah Electricity, Can't Get Enough, dan Everything Will Flow.
Setelah mengalami perubahan formasi pada gitaris dan keyboardist, Suede memutuskan bubar pada 2003 dan menggarap proyeknya sendiri-sendiri. Baru pada awal tahun lalu Suede resmi mengumumkan akan bergabung kembali dengan format seperti pada album Coming Up.
Namun, meski sempat bubar, penampilan Suede malam itu, dengan total 19 lagu, termasuk encore (permintaan pertunjukan tambahan dari penonton) Lazy dan Saturday Night, bisa dikatakan sempurna. Apalagi dengan penampilan Brett yang energetik dan komunikatif dengan penonton, meski umurnya saat ini telah menginjak 43 tahun. Dengan kemampuan bermusik yang maksimal dan prima, Suede menunjukkan kelas tersendiri sebagai band senior dalam konsernya malam itu.
Sayang, sound system malam itu tak bagus sehingga membuat suara Brett dan gitar Richard tak terdengar sempurna. Penataan suara yang buruk malahan membuat bunyi keyboard yang dimainkan Neil tak sejalan dengan bunyi lain.
Konser malam itu ditutup dengan interaksi Brett dan penonton. Brett turun dari panggung dan menyalami seluruh penonton di baris pertama, dari kiri ke kanan saat membawakan lagu terakhir, Saturday Night. Brett pun berjanji pada penonton akan kembali manggung di Indonesia. “Thank you so much. I’d love to come back to Indonesia, to Jakarta,” katanya.
FANNY FEBIANA