TEMPO Interaktif, Denpasar-Maestro film dokumenter internasional Lawrence Blair membagikan ilmunya dalam sebuah workshop yang diadakan di Art Center Denpasar, Bali, Jum’at (18/3). Kagiatan yang diikuti oleh para pelajar, mahasiswa dan pejabat Hubungan Masyarakat yang berminat menekuni jenis film itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) Bali 2011.
Peraih penghargaan Emmy Award untuk film Ring of Fire, sebuah film yang bercerita mengenai kondisi dan keunikan budaya Indonesia itu, menegaskan, film dokumenter hanya akan berhasil jika berawal dari kecintaan pada kebenaran. “Persoalan tehnik sekarang menjadi jauh lebih mudah. Tapi tidak menjamin akan lebih baik,” tegasnya. Namun diakuinya, persoalan dana masih kerap dihadapi para pembuat film dokumenter karena nilai komersial film tersebut memang masih kalah dibanding film cerita.
Meskipun demikian, seiring meningkatnya reputasi seorang pembuat film dokumenter, urusan dana bukan lagi jadi masalah. Banyak pihak yang akan membantu. Lawrence sendiri pernah mendapat bantuan dari para selebriti dunia yang peduli terhadap lingkungan dan kebudayaan. Ia tercatat pernah menerima dana dari Mick Jagger dan Ringo Star. Yang perlu diingat, lanjutnya, untuk memperoleh bantuan dana, seorang pembuat film harus menyiapkan proposal dengan sungguh-sungguh. Proposal itu harus dapat meyakinkan para sponsor bahwa film yang akan dibuat itu menguntungkan. “Meskipun dalam perkembangan di lapangan, cerita bisa saja diubah bila menemukan hal-hal yang lebih menarik, hasil akhir harus lebih bagus dari proposal,” tegasnya.
Lawrence juga menekankan perlunya riset yang cukup sebelum sebuah film digarap. Menurutnya, film dokumenter sangat memerlukan dokumentasi yang faktual dari setiap kejadian. “Mereka tidak boleh merekayasa fakta sehingga berbeda dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan,” ujarnya.
Workshop diawali dengan pemutaran film Dreams Wanderers of Borneo , salah-satu sequel film Ring Of Fires”. Film ini menceritakan perjalanan Lawrence dan saudaranya Lorne Blair ketika menjelajah hutan Kalimantan untuk menemukan suku Dayak Kenyah yang dinyatakan telah hilang. Ia mempertaruhkan nyawa serta seluruh kapasitasnya untuk bisa menyelesaikan filmnya itu.
ROFIQI HASAN