Edy Kurnia, 51 tahun, perajin patung kayu berbentuk topeng mengatakan aksi pencurian patung yang marak di Bali sejak Oktober 2010 telah memukul usaha kerajinan ini. Para kolektor dan pedagang patung di Bali hingga kini tak berani memesan topeng dari luar daerah untuk menghindari kecurigaan polisi. "Praktis tak ada pesanan lagi dari Bali," ujar Edy kepada Tempo, Senin (14/3) di rumahnya Kelurahan Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Para kolektor, menurut Edy, kerap menjadi incaran polisi atas keterlibatan mereka dalam penjualan patung ke luar negeri. Sebab, berdasarkan penyelidikan polisi, aksi pencurian patung di Bali diduga kuat melibatkan kolektor setempat untuk dikirim ke luar negeri.
Sebelumnya, pesanan topeng kayu yang dipahat Edy tak pernah sepi dari permintaan kolektor Bali. Dalam sebulan, Edy berhasil menciptakan lima topeng kayu dengan berbagai karakter. Uniknya, karakter topeng yang diciptakan ayah dua anak ini tak pernah sama satu dengan lainnya.
Proses penciptaan wajah ini pun tak semudah yang dibayangkan. Sebelum menggoreskan pisau ke bidang kayu, Edy melakukan riset terlebih dulu tentang tokoh yang akan diciptakannya.
Karakter Panji, misalnya. Berbekal buku-buku sejarah yang mengisahkan tokoh tersebut, Edy membangun gambaran sosok Panji yang gagah, tampan, dan ningrat. "Karena itu saya memberikan pahatan glamour pada topeng itu," kata Edy.
Untuk menimbulkan kesan ningrat, Edy menambahkan ornamen dari emas asli dan kain batik berbahan mahal pada topengnya. Tak heran jika satu unit topeng dengan ketebalan 2,5 milimeter ini dipatok dengan harga Rp 3 juta. Adapun patung dengan tinggi 40 sentimeter dihargai hingga Rp 15 juta untuk satu pasang.
Di tengah lesunya bisnis patung di Pulau Dewata, Edy masih cukup beruntung dengan kemampuannya. Edy masih mendapat order melakukan restorasi benda kuno milik sejumlah kolektor. "Sekarang saya sedang memperbaiki pintu gebyok di puri Kerajaan Buleleng milik Museum of California," ujarnya.
HARI TRI WASONO