Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kuliah Umum Laicite dan Kebinekaan di Teater Salihara

image-gnews
Michel Wieviorka
Michel Wieviorka
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Teater Salihara, Jakarta, bekerja sama dengan Kedutaan Besar Prancis akan mengadakan kuliah umum bertema “Laicite dan Kebinekaan” dengan pembicara Michel Wieviorka. Profesor Michel Wieviorka adalah seorang sosiolog sekaligus intelektual publik yang sangat dikenal di Prancis.

 

Tema karya-karyanya berkisar pada kekerasan, terorisme, rasisme, gerakan sosial, identitas, dan teori perubahan sosial. Wieviorka – mantan murid Alain Touraine, sosiolog terkemuka yang mencetuskan istilah “masyarakat pasca-industri” dan menggagas metode “intervensi sosiologis” (intervention sociologiques) – menjadi pusat perhatian media internasional atas pandangan-pandangannya mengenai kerusuhan sipil di Prancis pada 2005.

 

Berkat buku yang ia tulis, Sociétés et terrorisme (1988) – diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Making of Terrorism (1993) – Wieviorka merupakan akademisi pertama yang mendapat penghargaan Bulzoni Editore Special Award (1989) dari European Amalfi Prize for Sociology and Social Sciences. Ia juga terpilih sebagai Presiden Asosiasi Sosiologi Internasional 2006-2010 di Durban.

 

Mengangkat tema Laïcité et Diversité, kuliah umum di Komunitas Salihara ini merupakan awal dari rangkaian kegiatannya di Indonesia. Laïcité adalah sebuah konsep masyarakat sekuler yang menunjukkan ketiadaan keterlibatan agama dalam urusan pemerintah dan juga sebaliknya. Karena ingin menarik garis pemisah yang tegas antara agama dan negara, praktik konsep Laïcité sering dituding tidak menerima dan menghargai keanekaragaman budaya, di mana agama termasuk di dalamnya. Itulah hal yang kini dituduhkan kepada masyarakat dan pemerintah Prancis. Apa sebab-sebab lahirnya konsep laïcité? Bagaimana posisi keragaman budaya dan agama dalam kehidupan publik menurut mazhab laïcité ini?

 

Semuanya akan dibedah dalam kuliah umum yang akan digelar di Teater Salihara, Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sekitar pukul tujuh malam ini. Kuliah akan disampaikan dalam bahasa Inggris dengan teks terjemahan.

 

 

Kalim/Sumber: Salihara.org

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

29 Juli 2017

Agus Harimurti Yudhoyono saat menyampaikan orasi kebudayaannya dalam acara Malam Budaya Manusia Bintang 2017 di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta, 29 Juli 2017. TEMPO/Ahmad Faiz
Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.


Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

13 Oktober 2016

Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri (tengah), Mendikbud Muhajir Effendy (kanan), Direktur UNESCO Jakarta Shahbaz Khan (kedua dari kanan)  saat pembukaan World Culture Forum 2016 di Nusa Dua, Bali, 13 Oktober 2016. Forum yang digelar oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan UNESCO itu diikuti oleh 63 negara untuk membahas pengembangan fungsi budaya dalam pembangunan yang berkelanjutan. Johannes P. Christo
Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.


Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

12 Oktober 2016

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.


Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

23 Agustus 2016

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Budayawan pada acara dialog bersama para Budayawan di Galeri Nasioanl Indonesia, Jakarta, 23 Agustus 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.


Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.


Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.


JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

30 Desember 2015

JJ Rizal. TEMPO/Imam Sukamto
JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"


Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Ishomuddin
Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.


Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Budi Purwanto
Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.


Menistakan Pidato

27 Agustus 2015

Menistakan Pidato

Akhirnya mengaku, saya adalah pengarang yang diam-diam gemar "dipaksa" menerima order menulis pidato, sejak 1980-an.