TEMPO Interaktif, Jakarta -
------
Judul film: Rumah tanpa Jendela
Genre: Drama musikal anak-anak
Sutradara: Aditya Gumay
Pemain: Dwi Tasya, Emir Mahira, Atie Kanser, Inggrid Widjanarko, Alicia Djohar, Varissa Camelia, Maudy Ayunda, Raffi Ahmad, Yuni Shara
------
Sebuah jendela menjadi pangkal kisah Rara, bocah perempuan miskin metropolitan. Keinginannya memiliki jendela untuk rumah bedengnya yang reot boleh dibilang cukup sepele bila dibanding permasalahan yang dialami Aldo, anak orang kaya yang kesepian. Bagi Aldo, keinginan Rara itu hanyalah sejentik jari. Dan sebaliknya, di mata Rara, kebutuhan Aldo akan teman boleh jadi sangat remeh, mengingat bocah perempuan itu selalu dikelilingi kawan-kawannya, baik di sekolah pemulung maupun di rumah.
Tapi, kalau ditimbang-timbang lagi, sebenarnya manakah yang lebih sepele antara kesepian Aldo dan kebutuhan jendela Rara. Kisah dua bocah itu tersaji dalam film musikal anak-anak bertajuk Rumah tanpa Jendela. Film arahan sutradara Aditya Gumay, yang sarat makna itu, kini tengah diputar di sejumlah bisokop di Indonesia.
Rara (Dwi Tasya), yang tinggal di sebuah bedeng sempit di perkampungan kumuh Menteng Pulo, Jakarta, adalah satu di antara segudang potret kemiskinan kota. Rara tinggal bersama ayahnya, Raga (Raffi Ahmad), dan neneknya, si Mbok (Inggrid Widjanarko). Kondisi mereka memprihatinkan karena si Mbok sakit-sakitan dan Raga bekerja serabutan. Maka perihal jendela itu menjadi sebuah kebutuhan supertersier bagi keluarga Rara.
Kemelaratan itu terasa begitu pilu ketika disandingkan dengan kehidupan Aldo (Emir Mahira), bocah kaya berusia 11 tahun yang mengidap autisme ringan. Di antara gelimang harta, Aldo merasa kian tak diacuhkan keluarganya yang sibuk secara individual. Hanya kehadiran neneknya, Aisyah (Atie Kanser), yang menjadi pelipur lara.
Rara-Aldo dipertemukan dalam sebuah adegan “kecelakaan yang kebetulan”--sebuah adegan yang kerap dipakai dalam sinetron-sinetron di televisi. Pada suatu hari hujan, Rara menjadi pengojek payung. Tak sengaja, mobil mewah yang ditumpangi Aldo menyerempet gadis itu. Dari sinilah persahabatan mereka bergulir.
Rumah tanpa Jendela merupakan proyek kolaborasi kedua antara Aditya Gumay dan penulis cerita pendek Asma Nadia. Sebelumnya, Aditya sempat mengadaptasi karya Asma berjudul Emak Ingin Naik Haji ke layar lebar. Film Rumah tanpa Jendela diangkat dari cerpen Asma berjudul asli Jendela Rara.
Sebagai sebuah film musikal anak-anak, boleh dikatakan ini cukup baik, setidaknya di awal cerita. Sayang, masuknya subcerita di tengah film agak mengganggu plot cerita. Alih-alih ingin memperkaya plot, subcerita itu justru membuat film ini kehilangan salah satu esensinya, yakni musikalitas.
Yang juga disayangkan, semua lagu di film ini dinyanyikan bersama dan menihilkan lead vocal. Itu berbeda sekali dengan film musikal anak-anak Petualangan Sherina yang mampu menghidupkan lagu dan masih nyantel hingga kini.
Meski begitu, kemampuan akting para pemainnya, yang sebagian besar dari Sanggar Ananda dan Teater Kawula Muda, sangat baik. Hampir tak ada persoalan. Emir Mahira, yang sempat membintangi film Melodi (2010), bermain bagus sebagai sosok anak autis. Begitu pula Dwi Tasya, yang tampak mampu mengimbangi Emir dan membentuk chemistry yang pas dalam duet mereka. Lalu kehadiran para pemain senior--seperti Inggris Widjanarko, Alicia Johar, dan Atie Kanser--juga cukup bagus.
Menurut sutradara Aditya, keuntungan film Rumah tanpa Jendela nantinya akan disumbangkan sepenuhnya untuk menyokong anak-anak penderita autisme lewat Dompet Dhuafa.
AGUSLIA HIDAYAH