Seniman teater Nano Riantiarno pun mengenal almarhum sebagai pribadi yang ulet dan pantang lelah. “Terakhir saya berkomunikasi dengan Aji saat ada sebuah proyek teater,” kata Nano. Ditambahkannya, ia masih teringat saat ia menanyai perihal kebiasaan merokok almarhum. “Saat di Purwakarta juga sempat ada kelakar tentang kopi dan gula yang diminum almarhum,” kata Nano.
Bagi Nano, sosok Aji merupakan orang yang tepat untuk meneruskan perjuangan orang-orang teater di Indonesia. “Saya rasa Aji akan lebih bahagia dan tenang di alam sana,” katanya. Pendiri Teater Koma ini pun memiiki kesan tersendiri terhadap kebiasaan almarhum yang kerap berdendang di sela-sela obrolan santai. “Saya juga belajar moci (meracik teh) dari dia, dan mendapatkan banyak falsafah,” katanya.
AGUSLIA HIDAYAH