Di atas panggung, kenangan Erwin sebagai bassist yang pernah rutin bermain di orkes telerama di TVRI, tersaji dalam suguhan lagu bertajuk Lima dan Sketsa. Dua lagu itu dibawakan secara apik oleh empat pencabik bas berbakat negeri ini , Yance Manusama, Indro Hardjodikoro, Barry Likumahuwa, dan Fajar Adi Nugroho.
Lagu berirama jazz itu seakan menjadi pengantar bagi lebih dari 3000 penonton yang memenuhi Plenary Hall Jakarta Convention Center Sabtu (26/2) lalu, untuk mengikuti tonggak-tonggak prestasinya di jagat musik tanah air. Lewat konser bertajuk A Masterpiece Of Erwin Gutawa itu, Erwin tak hanya sekadar mengajak penonton bernostalgia. Konser yang diprakarsai oleh Indra Yudhistira, sutradara film dan konseptor beragam program televisi, itu adalah sebuah refleksi perjalanan Erwin dalam mengarungi pasang-surut dunia musik Indonesia.
Kehadiran sederet penyanyi beken seperti Iwan Fals, Waljinah, Rossa, Once, Afgan, Vidi Aldiano, Gita Gutawa, dan kelompok musik Kotak seakan membuktikan kepiawaiannya meramu karya-karya sederetan musisi dari berbagai generasi maupun beragam genre musik. "Mereka mewakili potret musisi Indonesia dengan standard kualitas yang baik," kata Erwin.
Konser pembuktian karier sang komposer ini dibuka dengan penampilan duet Lea Simanjuntak dan Gabriel B Harvianto. Dua penyanyi ini menyanyikan tembang Menjilat Matahari, karya Yockie S Prayogo. Selanjutnya, Elfonda Michael atau yang akrab disapa Once muncul di antara pemain orkestra. Mantan vokalis Dewa ini menyanyikan lagu Simphony Indah karya Robby Lea. Setelah Once, Dira Sugandi muncul di atas panggung menyanyikan lagu lawas ciptaan Tito Sumarsono, berjudul Kaulah Segalanya.
Di konser yang diproduksi Kompas-Gramedia Production bekerja sama dengan Dyandra Production itu, Erwin menghadirkan genre musik yang variatif: pop, rock, jazz, dan keroncong. Dia juga mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia, seperti musik etnik Bali dan Sumatra.
Paduan berbagai jenis musik dalam konser yang melibatkan 90 pieces orchestra, tata panggung, tata lampu dan tata suara apik ini menjadi keunikan tersendiri. Lihatlah bagaimana Erwin dengan orkestra aransemennya menimpali raungan gitar Cella, gitaris kelompok musik Kotak yang beraliran rock. Dengarkan pula bagaimana harmonisasi musik orkestra berpadu dengan nada-nada jazz Saxophone saat mengiringi Sandhy Sondoro yang membawakan tlagu milik kelompok musik legendaris Koes Plus, Bunga di Tepi Jalan. @Kemampuan Erwin kembali terbukti saat berkolaborasi dengan Waldjinah. Penampilan Waldjinah dengan musik keroncong, yang dikemas dalam aransemen orkestra itu, memperkaya warna Indonesia dalam konser ini.
Erwin juga menghadirkan penyanyi pop legendaris Chrisye di atas panggung lewat penampilan Vidi Aldiano dan Afgan. Kedua penyanyi muda yang tengah digandrungi ini secara medley menyanyikan lagu-lagu Chrisye seperti Andai Aku Bisa, Seperti yang Kau Minta, Serasa, Angin mMlam, dan Badai Pasti Berlalu. Hubungan antara Erwin dan Chrisye memang cukup dekat. Berulang kali mereka pernah bekerja sama, termasuk dalam beberapa konser tunggal Chrisye, seperti Konser Sendiri, Badai Pasti Berlalu dan Dekade.
Erwin selama ini memang dikenal sebagai pencetus dimulainya konser tunggal penyanyi di Indonesia. Selain Chrisye, dia juga pernah sukses memprodusri konser Siti Nurhaliza, KD, 3 Diva, Ruth Sahanaya, Erwin Gutawa Salute to Koes Plus/bersaudara, Rockestra, dan sebagainya. Malam itu, Erwin mempersembahkan sebagian karya terbaiknya itu. Termasuk karya terakhirnya Musikal Laskar Pelangi.
Konser megah ini ditutup dengan penampilan the living legend, Iwan Fals. Dengan penampilan yang sederhana dan berkharisma, Iwan menyanyikan lagu Ijinkan Aku Menyayangimu, Mata Dewa dan Satu-satu yang menjadi lagu pamungkas.Tepuk tangan panjang pun mengakhiri pertunjukan yang berlangsung sekitar tiga jam itu.
@
NUNUY NURHAYATI