Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dunia Halusinasi Yudistira Syuman  

image-gnews
Yudistira Syuman dalam tarian Schizoprenia karyanya, Andai.(SALIHARA/ Witjak)
Yudistira Syuman dalam tarian Schizoprenia karyanya, Andai.(SALIHARA/ Witjak)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ruangan itu begitu lengang. Hanya terisi sebuah meja, kursi, cermin segi empat, kaleng penyiram bunga, dan guling merah raksasa. Inilah dunia Yudi, penderita skizofrenia yang memiliki imajinasi di luar batas lazim kemampuan manusia. Halusinasi pun bergerilya liar di alam bawah sadarnya.

 

Kisah Yudi terurai dalam pentas tari bertajuk Andai, yang digelar di Teater Salihara, Jakarta, Kamis dan Jumat malam pekan lalu. Andai dibawakan seorang diri oleh Yudistira Syuman. Yudistira adalah penari sekaligus koreografer yang menyelesaikan sekolah tari di Ballet Sumber Cipta. Setelah lulus pada 1985, kakak kandung musisi Aksan Syuman ini lalu melanjutkan studi di Folkwang Hochshule, Essen, Jerman. Di sana ia mempelajari balet klasik, tari modern, dan flamenco. Setelah lulus, ia bergabung dengan Folkwang Tanz Studio Company dan pentas atau berkolaborasi dengan seniman-seniman Eropa.

 

Di balik kecemerlangan bakat menarinya, Yudi menyimpan sebuah cerita. Dia pernah mengidap penyakit skizofrenia, semacam gangguan jiwa psikotik paling lazim yang ditandai dengan hilangnya perasaan afektif atau respons emosional. Pengalaman hidupnya ini dibagikan kepada orang lain melalui pertunjukan yang memberinya inspirasi untuk menciptakan Andai, apa saja yang terjadi ketika ia berhalusinasi. Yudi mencoba menyelami kehidupan seorang manusia yang tak berdaya dalam ruang imajinasinya. Terkungkung, dikucilkan, tapi dielu-elukan dunia halusinasinya.

Pertunjukan diawali dengan kegiatan rutin Yudi pada pagi hari, yakni sarapan dengan setangkup roti dan segelas kopi. Mukadimah ini boleh dibilang menjemukan. Yudi mengambil satu per satu alat makannya. Dengan amat perlahan, dia mengoles margarin di atas roti, menaburkan meses cokelat, serta meracik kopi dan gula ke dalam gelas keramik. Sesekali ia terhenti dengan mata berkedip menatap tajam benda-benda itu, lalu memegangi perutnya yang buncit. Air mukanya selalu kencang, seolah ia tengah berpikir keras terhadap segala sesuatu di hadapannya.

 

Dengan kaus belel dan piyama garis yang lusuh, laki-laki itu lalu beranjak ke muka cermin. Bagi penonton yang duduk di sudut, sesi ini tak terlihat jelas karena pantulan cermin hanya setengah. Diiringi denting piano yang mengalunkan repertoar Vexation, gubahan pianis asal Prancis, Erik Satie, dia bersolek. Yudi merapikan rambutnya lalu mengenakan jas. “Ayolah, Yud, kita dendangkan nada-nada itu, jangan kau risaukan,” ujar suara-suara tak berwujud. Yudi bergumam, ia mengikutinya dengan ragu. Suara-suara itu terus merayu, hingga Yudi menari-nari. Sesi ini menampilkan sedikit koreografi Yudi yang berulang-ulang, dengan gerakan yang tak lincah. Nomor tari ini malah lebih banyak menampilkan cerita teatrikal ketimbang mengumbar gerak tari Yudi secara maksimal.

Yudi selalu menuruti perintah suara-suara yang kian banyak itu. Dia menyiram bunga, mempreteli kelopak bunga, sebelum akhirnya membuang dan menginjak-injak bunga itu. Namun, setelah semua perintah ia laksanakan, suara-suara itu justru menuduhnya sebagai orang jahat. “Kau jahat, Yud,” teriak suara-suara itu. Yudi belingsatan, berguling-guling dan meronta-ronta, memprotes ejekan itu. Tangannya mencengkeram lehernya, lalu mengangkat tubuhnya hingga jinjit. Yudi berteriak, “Mama!”

“Aku adalah aku dan aku telah merasukimu, kau gila. Ayo pukul dia (Yudi),” perintah suara. Yudi bergegas menyakiti diri sendiri sampai berdarah. Noda merah menempel di kaus dan keningnya. Dalam pementasan ini, peran ilustrasi suara menjadi fondasi utama penonton untuk mengikuti jalan cerita Andai. Jika tidak ada, mungkin penikmat akan tersesat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memasuki sesi puber, Yudi mulai menyukai wanita. Suara membujuknya agar mendekap erat perempuan yang diwakilkan dengan sekuntum bunga yang sedari awal pertunjukan gugur satu per satu dari atas panggung. “Renggut sarinya,” suara seorang perempuan membujuknya. Ia pun menyerak bunga-bunga hingga rontok. Dengan hasrat manusiawi, Yudi menggagahi guling dari ujung ke ujung.

Setelah itu, Yudi bermangu duduk. Ia mulai bicara, “Namaku luka. Aku tinggal di lantai dua. Aku tidur di atas kamarmu. Kau pasti sebelum ini pernah melihatku. Bila kau mendengar sesuatu di tengah malam, seperti masalah atau pertengkaran, janganlah kau tanyakan padaku apa itu. Aku pikir aku hanya ingin sendiri. Tidak ada yang salah atau disakiti. Hanya jangan tanyakan padaku bagaimana.” Yudi pun berjinjit dan berusaha terbang. Ia melangkah setapak demi setapak. Suara-suara pun meneriakinya. “Hey, Yudi mulai meninggalkan kitaaa!” Panggung pun berangsur gelap.


AGUSLIA HIDAYAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Peserta delegasi dari Pekalongan di Asian African Carnival 2018 di Bandung, Jawa Barat, 28 April 2018. Karnaval budaya Asia Afrika bertema Respect Diversity ini diikuti sekitar 4.000 perserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan delegasi asing. TEMPO/Prima Mulia
Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.


Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng (ANTARA News)
Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.


Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Eko Supriyanto foto besama penari yang menarikan tari Balabala saat GR pementasan penutupan SIPFest 2016 di Teater Salihara Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Nurdiansah
Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.


Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Pementasan tari dalam acara Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta, 31 Maret 2017. TEMPO/Frannoto
Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.


Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet membentuk formasi saat membawakan pertunjukkan Balet dengan Tema Si Kabayan di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), 31 Oktober 2015. Pertunjukan Balet yang dimaikan oleh Marlupi Dance Academy (MDA) ini, mengkawinkan antara seni tari balet klasik dan kontemporer Nusantara. TEMPO/Subekti
Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.


Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Sejumlah penari difabel dan non-difabel melakukan latihan jelang pementasan di Galeri Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Juli 2017. Mereka akan membawakan koreografi CandoDance karya Mirjam Gutner dan Tanja Erhart dari grup Candoco Dance Company (Inggris). TEMPO/Subekti
Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.


Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Karya origami
Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.


Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Dua seniman membawakan tarian Bisma Srikandi di Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo, (29/4). Pertunjukan yang digelar selama 24 jam ini untuk memperingati Hari Tani Sedunia. Tempo/Ahmad Rafiq
Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.


Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Poster Pertunjukan tari Arka Suta dari Sanggar Padnecwara. Facebook.com
Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu


Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Penari Eky Dance Company saat tampil dalam gladi resik pementasan kabaret oriental bertajuk
Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.