Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketika Agus Suwage Mengingat Kematian  

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Ukuran tangkai sekop itu tak biasa, hampir 3 meter dan tergantung menempel di dinding. Di atasnya, tiga gagak bertengger. Sorot matanya tajam siap menerkam. Bahkan kepala seekor di antaranya menoleh, terlihat mencari-cari mangsa. Cukup sudah kedua obyek itu menggambarkan aroma kematian. Bulu hitam burung tersebut mengerikan, apalagi ditambah kehadiran sekop yang akrab digunakan untuk menggali kubur.

Itulah Dead Poet Society, sebuah seni instalasi karya perupa Agus Suwage. Dead Poet Society dan empat karya Agus lainnya kini tengah dipamerkan bersama sembilan karya perupa Italia, Fillipo Sciascia, di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, hingga 4 Maret nanti.

Bagi Agus, 52 tahun, perupa kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 52 tahun silam, Dead Poet Society tak hanya bercerita tentang kematian. Di balik dua benda itu, juga ada pesan tentang kehidupan. Hidup dan mati, memang ibarat dua sisi mata uang, yang tak terpisahkan. Selalu ada kelahiran di balik kematian makhluk hidup di dunia.

Konsep itu kental tercermin dari pemilihan bahan karyanya. Jika diamati lebih terperinci, tiga gagak itu dibuat dari ukiran kayu. Dan, untuk menghasilkan warna hitam bulunya, Agus membakarnya. Proses itu mirip seperti membuat arang kayu. Arang atau abu adalah gambaran tentang kepunahan sekaligus media kehidupan. Dengan arang, sejumlah tanaman, misalnya, bisa hidup dan tumbuh berkembang.

Adapun sekop adalah idiom benda yang digunakan Agus untuk menyelami dasar pemikiran itu. "Menggali untuk mendalami kehidupan," katanya. Menurut Agus, beberapa tahun terakhir ini dia lebih tertarik pada tema berbau kematian dalam karyanya. "Itu karena kita hidup," ujarnya.

Dalam pameran bertema "Illuminance" itu, konsep Agus tentang hidup-mati, kepunahan-kelahiran, hingga layu-berkembang hadir dalam satu dimensi ruang. Pada karyanya yang lain, yang berjudul Eros Kai Thanatos #1, misalnya, dia melukis bermacam kerangka manusia, dari tengkorak kepala, jari-jari tangan dan kaki, tulang punggung, hingga rusuk. Agus juga melukis bermacam bunga.

Obyek-obyek itu dia lukis satu per satu di atas 40 lembar kertas yang masing-masing berukuran 56 x 42 sentimeter. Berikutnya, lukisan itu disusun berdampingan dalam satu rangkaian acak, antara bunga dan kerangka manusia. Kedua obyek itu dilukis Agus dalam warna monokrom, hitam dan putih.

Bagi Agus, jika kerangka manusia menggambarkan kematian, bunga melukiskan pertumbuhan. "Kedua sifat itu bagian proses evolusi," ujarnya.

Selanjutnya karya Cycles of Hope, instalasi yang terdiri atas tumpukan tulang belulang manusia lengkap dengan puluhan tengkorak kepala. Barang itu ditumpuk di sudut ruang pameran. Bahan yang dipakai untuk membuat tulang itu berasal dari grafit poliester, sejenis arang alami yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan pensil. Pada karya itu, Agus kembali memasukkan patung gagak dalam satu kesatuan karya. Bedanya, bulu gagak tak lagi hitam, melainkan kuning emas mengkilat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Agus memang terkesan oleh gagak. Ceritanya, beberapa tahun lalu, dia mengikuti sebuah lokakarya di Bangladesh. Agus melihat gagak sangat akrab dengan warga kota di sana. Burung-burung itu bebas berkeliaran di kota. Gagak-gagak mencari makan dari sampah-sampah yang bertebaran di berbagai sudut jalan dan permukiman warga. "Selain menjadi simbol kematian, ternyata burung itu telah berjasa menjaga kebersihan kota," katanya.

Karya instalasi terakhir yang disuguhkan Agus bertajuk An Offering to Ego. Karya instalasi itu berbentuk kerangka manusia utuh dibuat dari grafit poliester dengan ukuran hampir empat kali ukuran manusia normal. Karya tersebut terbaring di lantai pameran. Menurut Agus, An Offering to Ego memang sebuah sindiran. "Betapa ego manusia besarnya kadang melebihi ukuran fisiknya."

Begitulah. Intinya, konsep dari semua karya yang disuguhkan Agus adalah tak ada yang abadi dalam hidup ini. Konsep itu klop ketika bertemu dengan ide "Fall and Rise" yang ditawarkan perupa Italia, Filippo Sciascia, sejawatnya yang menetap di Bali. Dan, sejak lima tahun lalu, mereka kerap berpameran bersama.

Illuminance bukanlah pameran bersama pertama mereka. Sekitar setahun lalu, dengan tema dan karya yang sama, pameran serupa pernah mereka gelar di National University of Singapore Museum. Disponsori Langgeng Art Foundation, karya-karya mereka terpajang selama tiga bulan di sana, sepanjang 27 Agustus hingga 14 November 2010.

Di antara sembilan karya Fillippo itu adalah Domus Completus, Domus Incipit, Lumen Sutilis, Manifesto #1 dan #2, serta Lux Lumina. Karya-karya tersebut terdiri atas karya lukis di kanvas, seni instalasi, dan video. Seperti halnya karya Agus, Fillipo membawa ide tentang keseimbangan dan sebuah proses yang berkesinambungan dalam hidup.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.