Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teror Perak dan Penutup Luka  

image-gnews
Lukisan berjudul Diam karya perupa Tommy Wondra di Edwin's Galery, Kemang, Jakarta Selatan, Senin(14/2). Dalam pameran lukisan bertajuk
Lukisan berjudul Diam karya perupa Tommy Wondra di Edwin's Galery, Kemang, Jakarta Selatan, Senin(14/2). Dalam pameran lukisan bertajuk "In Silence :The Study of Silver Color" ini, perupa muda ini memilih warna perak sebaga tema warna. Warna perak banyak dihindari oleh para pelukis lain karena efek kilap yang muncul dan kesulitan untuk memadukan warna, tapi Tommy justru tertantang untuk mencari kemungkinan visual yang baru dari warna perak.TEMPO/Dwianto Wibowo
Iklan
 

 

TEMPO Interaktif, Jakarta - Mata kita akan terteror oleh kehadiran warna perak. Warna yang sedikit sulit dipadukan dengan warna lain karena efek kilap yang dihasilkan ini cenderung dihindari oleh seniman lukis. Tapi tidak bagi Tommy Wondra.

 

Tommy, dalam pameran tunggalnya berjudul In Silence: The Study of Silver Color, sengaja memilih warna perak lebih didasarkan pada keinginannya mencari apa yang mungkin dilakukan warna yang tidak banyak dipakai dalam lukisan. Pameran itu berlangsung hingga 20 Februari nanti di Edwin's Gallery, Kemang, Jakarta Selatan.

 

Warna memang tak selalu bebas makna. Setiap mata memandangnya dengan persepsi tertentu. Ada makna yang terwakili olehnya. Kurator pameran Alia Swastika, dalam catatan kuratorialnya, menyatakan Tommy, dengan kecenderungannya sendiri yang banyak menjelajahi konsep dan gagasan dasar tentang bentuk, lebih tertarik melihat perak hanya sebagai warna, sebagai elemen artistik, ketimbang mengaitkannya dengan makna sosial tertentu.

 

Dengan begitu, Alia menambahkan, kehadiran benda-benda dalam lukisan menjadi tak terlalu penting. Barangkali obyek tersebut diposisikan menjadi alat untuk mendekati fenomena warna perak itu.

 

Dalam pameran-pamerannya terdahulu, Tommy banyak berkutat dengan soal teknis untuk menggambarkan obyek sepele dan nirmakna. Maka akan kita lihat, ia banyak bergelut dengan teknik realisme. Bahkan, dalam beberapa karyanya, tak terlihat ada pendobrakan terhadap narasi besar atas fenomena sosial dengan ekstrem.

 

Karya-karya seri Diam yang ditampilkan kali ini memang dihadirkan dengan dominasi perak. "Warna ini dihadirkan sebagai suatu kenyataan visual yang absolut dan tak terbantahkan," kata Alia dalam katalog.

 

Tommy seolah ingin menarik kita melihat obyek realis itu lalu membawanya dalam cara pandang yang berbeda dan mencoba memberi jarak pada realitas visual tersebut. Maka kehadiran obyek, seperti ulat-ulat yang menggerogoti lembaran seng berkarat dalam Diam #5, atau ikan-ikan yang tertutupi sebagian badannya dalam Diam #12, bagai tak memiliki narasi. Begitu saja hadir dan berdiri sendiri. Namun tak disadari justru kehadirannya menjadi pembanding atas warna perak yang mendominasi itu. “Kenyataan visual yang sepele bagi Tommy adalah sebuah cara mendekati apa yang substansial dalam sebuah benda," ujar Alia.

 

Yang juga menarik, Tommy selalu menghadirkan obyek penutup luka (band-aid) dalam tiap karyanya. Pada obyek yang muncul selalu tertempel bentukan tadi.

 

Mudah ditebak, kehadiran kode visual seperti ini membentuk makna pada karya lukis Tommy. Kisah besar yang membangun obyek-obyek ini barangkali tentang luka, entah dalam konteks besar entah dalam wilayah yang lebih personal. Tapi nyatanya memang begitu. Dunia semakin bopeng dengan banyak kerusakan di dalamnya, akibat bencana, akibat perang. Atau dalam pengertian humanisme, terlihat dalam karya Diam #18 bahwa penutup luka itu selalu mengait pada bagian tubuh manusia yang cacat.

 

Tommy melihat penutup luka semacam ini menjadi realitas yang tak bisa terhindarkan. Bahwa yang penuh luka bisa muncul ke permukaan menggantikan yang mulus dan penuh keindahan.

 

Dengan asosiasi itu, obyek realis yang dihadirkan Tommy tak lagi sesederhana itu. Boleh jadi ada refleksi akan narasi besar yang ingin disampaikan Tommy.

 

ISMI WAHID

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.