Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Humor-Humor Hitam Decki Firmansah  

image-gnews
Karya
Karya "Angry Society" pada pameran tunggal bertema "Monster Theater", oleh Decki 'Leos' Firmansah di Nadi Gallery. Jakarta. Foto:TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH.
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Jauh di luar kesibukan kota yang tak pernah berhenti itu, ada hingar bingar yang lebih sadis. Sudut kota yang amburadul. Segerombolan penjahat berhadapan dengan pembela kebenaran. Preman beradu dengan sesamanya. Mereka kejar mengejar sambil menenteng senjata api di genggaman. Tak jarang, titik api muncul di mana-mana. Bus terbakar atau drum minyak yang meledak, menjadi suasana yang amat bersahabat.

 

Begitulah, setidaknya, imajinasi Decki '”Leos” Firmansah dalam pameran tunggalnya berjudul Monster Theatre di Nadi Gallery, Jakarta Barat, hingga 8 Februari mendatang. Decki mencoba mengadaptasi ikon-ikon film, komik, dan video game untuk menuangkan persoalan-persoalannya sendiri.

 

Aksi laga, humor hitam, bahkan kekerasan kerap muncul dalam karya-karya yang dihasilkan. Dalam katalog yang ditulis Farah Wardani, Leos – panggilan akrab Decki – justru sangat sadar bahwa pendekatan yang ia buat adalah tak nyata. Pandangan umum menganggap vulgaritas ini berpengaruh buruk untuk penikmatnya. Namun bagi Decki tidak begitu. "Ia dapat berefleksi tentang baik dan buruk dalam kehidupan nyata yang kadang lebih kabur dan tak masuk akal,” kata Farah dalam katalog pameran.

 

Decki mencoba menyeimbangkan antara realita dan fantasi. Ia menggunakan pendekatan artistik yang selalu mengolah ikonografi, gestur dan karakter tokoh dengan segala atribut gelapnya. Seperti monster, antihero, penjahat yang mudah ditebak bahwa ketokohan itu menyiratkan karakter sinis, brutal, kejam.

 

Tiap-tiap karya memiliki cerita sendiri. Seperti gambar komik yang ia gemari dari tangan komikus Lee Bermejo hingga seniman pop surealis Todd Schorr. Atau, karya sutradara laga film-film Hollywood, Sam Raimi dengan film superheronya, Spiderman.

 

Simak karya bertajuk Double Trouble in Blackwater. Imajinasi Decki akan mitologi monster Nessie di danau Lochness bercambur aduk dengan ikonografi seorang preman buron. Sebuah visualisasi yang sebetulnya terinspirasi oleh video game kegemarannya. Di sebuah danau yang diubah namanya menjadi Blackwater, buron itu harus menghindar dari dua musuh yang mengejarnya sekaligus, Nessie dan helikopter.

 

Lalu simak pula tiga karya yang menggambarkan rangkaian adegan aksi laga film Hollywood kelas B, Bad Drama in Borderland, Never Surrender, dan Bat Him When You're Ready. Ketiganya memperlihatkan pertarungan di sebuah perbatasan kota yang tandus. Karya ini adalah metafora Decki akan fase hidupnya yang sedang berada di persimpangan jalan. Siap bertempur dengan segala konsekuensi.

 

Ada juga dua karya Decki lainnya, yang sebetulnya melandasi semua karya dalam pameran tunggalnya itu: Under Pressure dan Angry Society. Decki menganggap karya ini mewakili apa yang dirasakan oleh banyak orang saat ini. Bagaimana tidak, orang-orang ditekan oleh kebijakan penguasa yang bagi Decki tak ubahnya seperti preman. Reaksi tak terduga dari masyarakat yang justru menjadi pemarah, siap menyalak ketika diprovokasi. Ironisnya mereka tetap terkekang tanpa menemukan solusi.

 

Angry Society sangat gamblang menggambarkan betapa masyarakat yang terperangkap oleh emosinya sendiri. Decki membubuhkan mata-mata yang tak lagi punya ruh. Sepasang mata dengan sorot yang angkuh, dingin dan tak bersahabat. Mereka membawa anjing – sebetulnya lebih mirip monster – yang siap menyalak dan menghardik siapapun.

 

Bagi Decki, karya-karyanya itu adalah caranya menuangkan serpihan-serpihan situasi. Farah menuliskan bahwa pendekatan semacam ini membuat Decki mampu merasionalkan dan menerima apa yang terjadi di sekelilingnya: kekerasan bisa muncul setiap saat dan hadir dalam imajinasi yang tak terduga sebelumnya. Televisi, surat kabar, bahkan internet. Sangat dekat meskipun berjarak.

 

 

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

5 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

12 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.