"Akan hadir lagi naga raksasa sepanjang 140 meter tahun lalu, yang telah memecahkan rekor MURI, dan barongsai raksasa yang menemani liong," kata Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto, kepada wartawan dalam jumpa pers di komplek Balai Kota, Senin (1/2).
Menurut Herry, acara pekan budaya Tionghoa tetap digelar untuk melestarikan budaya Tionghoa seiring dengan budaya Jawa yang juga tetap dilestarikan. "Ini wujud bahwa Yogya adalah kota multikultur yang mampu merajut berbagai budaya," katanya.
Herry berharap Kampung Ketandan akan menjadi bagian dari warisan budaya kota itu. Pemerintah kini tengah menegosiasikan agar satu rumah di kampung itu, yang usianya 125 tahun, dapat menjadi rumah budaya Tionghoa dan museum.
Ketua bidang acara, Anggi Minarni, mengatakan, perayaan Imlek ini akan dimeriahkan pula hdengan karnaval akbar, pameran budaya Tionghoa, bazar, seni musik tradisi, wayang potehi untuk anak-anak dan karaoke.
Warga korban Merapi juga akan ambil bagian dengan menampilkan jathilan, srandul dan hadroh. Penampilan mereka sekaligus ingin membuktikan bahwa Yogyakarta sudah aman untuk dikunjungi. "Kesedihan yang sempat muncul akibat bencana Merapi kini sudah hilang dan berganti dengan semangat," katanya.
Ketua Umum Panitia Pekan Budaya Tionghoa 2011, Tri Kirana Muslidatun, menambahkan, pembukaan pekan budaya ini akan diawali dengan karnaval budaya dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju titik nol kilometer Yogyakarta. Di kawasan titik nol ini rencananya akan dibangun kelinci sebagai tanda memasuki tahun kelinci. "Kelinci ini akan dipasang selama satu tahun di perempatan Kota Yogya," katanya.
BERNADA RURIT