Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menghidupkan Monster Masa Silam  

image-gnews
Penjaga Bumi, karya Ketut Budhiana. Repro Foto:TEMPO/Rofiqi Hasan
Penjaga Bumi, karya Ketut Budhiana. Repro Foto:TEMPO/Rofiqi Hasan
Iklan

TEMPO Interaktif, Denpasar - Wajah-wajah raksasa menyembul ke permukaan. Mereka siap memakan dan menerkam segala hal yang terikat oleh waktu dan keadaan. Lidahnya menjulur dengan mata yang membelalak liar. Ia menebar teror dan ancaman di balik dunia gelap yang berada dalam kuasanya.

Begitulah cara pelukis tradisional Bali, Ketut Budhiana, menggugah kesadaran akan waktu dan kehidupan. Dalam lukisan bertajuk Butakala Lahir, Budhiana hendak menyatakan tak semestinya kita lengah, karena detik demi detik, hari demi hari, sang Kala (dewa penguasa waktu) terus-menerus mengintai. "Jadi, kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya," ujarnya.

Mitos tentang Kala merupakan salah satu mitologi kuno dalam khazanah pemikiran orang Bali. Bersama aneka mitologi lainnya, kini karya pelukis gaek kelahiran Padangtegal, Ubud, pada 1950 itu dipamerkan di Bentara Budaya Bali hingga 7 Februari mendatang. Kabarnya, mitos itu bersumber dari kisah-kisah dalam Ramayana dan Mahabharata. Ada juga mitos lokal khas Bali, seperti leak dan ilmu hitam.

Setelah berabad-abad, mitos-mitos itu tetap dipelihara melalui bermacam medium kesenian, salah satunya lewat seni rupa tradisional Bali, yang digunakan dalam pelbagai upacara. Budhiana adalah pemelihara langsung tradisi itu, dalam perannya sebagai seorang sangging—seseorang yang ditunjuk oleh komunitasnya untuk menjadi pembuat perlengkapan upacara adat.

Namun, dalam perjalanannya, ia juga berusaha melakukan kontekstualisasi visual dengan tema-tema kontemporer. Wawasan teknisnya kian berkembang setelah ia mengikuti pendidikan formal di Sekolah Seni Rupa Indonesia, Denpasar. Ia juga beruntung karena sempat belajar kepada perupa Belanda, Rudolf Bonnet.

Karena itu, karya Budhiana bukan sekadar lukisan tradisional yang cenderung mengulang tema maupun bahasa rupa yang sudah baku, tapi juga merupakan ekspresi pribadinya. Lihatlah bagaimana dia menggambarkan polah para leak saat bertamasya. Selain wajah menyeramkan yang tergurat dalam warna gelap, lukisan itu mengundang senyum karena "mempelesetkan" gerakan para leak menjadi adegan sirkus yang mengundang tawa.

Karakter pribadi itu menjadi lebih menonjol ketika ia melukiskan berbagai adegan seks menyimpang yang aneh. Sebab, pelakunya adalah pria atau wanita yang berhubungan dengan hewan-hewan, seperti katak dan sapi. Budhiana rupanya sedang memvisualkan pemikiran akan bahaya syahwat yang membuat seseorang setara dengan binatang. Cerita-cerita itu juga bisa ditemui dalam kisah-kisah masa silam yang hidup dalam masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi Budhiana, karya lukisnya merupakan cerminan energi semesta, keseimbangan di antara dua kutub hakiki, seperti yang direfleksikan oleh Pradana-Purusha, Dewa-Detya, antara Bhuana Alit (mikrokosmos) dan Bhuana Agung (makrokosmos). "Keduanya tidak berlawanan, melainkan memiliki keinginan untuk berpadu menjadi energi kosmis yang lantas membentuk semesta ini," katanya.

Menurut pengamat seni Jean Couteau, yang menjadi kurator pameran, aneka figur ganjil dalam latar warna yang terkesan temaram bisa mengundang penikmatnya masuk ke pusaran ketakutan nan mencekam. "Budhiana menyentuh dunia bawah sadar, yang pesonanya membuat kita terseret di dalam kengerian yang mendalam sekaligus penuh dengan kesangsian," ujar pria asal Prancis itu.

Budhiana, Couteau menambahkan, bisa disebut sebagai perupa dengan stilistik "fantastik", di mana karya-karyanya sarat dengan kekuatan ekspresi simbolisme kosmis, melampaui apa yang selama ini dikenal dalam lukisan Bali tradisional yang telah baku itu. Meski berangkat dari seni rupa tradisional Bali, Budhiana mengolah ikon-ikon baku itu menjadi bentuk pengucapan yang personal dan menjadi cirinya yang paling khas.

Kehadiran sosok Budhiana menjadi penanda penting akan keberlangsungan seni rupa Bali yang menjalin masa lalu dan masa depan dalam kekinian. Ini yang membuat batas-batas antara seni kontemporer dan tradisional menjadi sangat tipis. Budhiana sendiri beruntung karena terlibat langsung dalam pergulatan di antara keduanya. Kehadirannya mendapat apresiasi yang luas hingga ia diundang pameran di museum dan galeri terkenal di Jepang, Australia (1977), Amerika Serikat (1990, 1992, dan 1995), Singapura (1994), dan Barcelona (1998).

Bentara Budaya Bali menjadikan pameran Budhiana sebagai peneguhan bahwa aktivitas seni rupa Bali bukan sekadar kegiatan aksi dan mereaksi perkembangan di luar dirinya. “Seni rupa Bali berkembang dengan ciri dan kepribadiannya sendiri," kata Putu Fajar Arcana. “Karena persoalan tren yang menjadi pusaran seni rupa tidak akan membuat seniman di Bali mati angin dan berhenti berkarya bila karya mereka tidak laku di pasaran," kurator Bentara Budaya Bali itu menambahkan.

ROFIQI HASAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

5 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

11 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.