------------------------
Judul: Bran Nue Dae
Genre: Drama Musikal
Sutradara: Rachel Perkins
Pemain: Rocky McKenzie, Jessica Mauboy, Ernie Dingo, Missy Higgins, Geoffrey Rush
------------------------
Tak ada yang lebih menakutkan bagi William Johnson selain digiring masuk ke sekolah kepastoran. Sebenarnya, ibunya hanya ingin William kecil menjadi orang yang relijius dan melupakan pacarnya Rosie. Namun, bagi William masuk ke sekolah itu justru bagai sebuah mimpi buruk.
Dari desanya di pesisir Broome, Willie – panggilan akrab William Johnson – kemudian hijrah seorang diri ke Perth. Willie berniat kabur dari sekolah itu dan pulang ke kampung halamannya. Kala itu tahun 1969, bukan hal mudah baginya untuk pulang kampung. Mengingat transportasi di jaman itu masih minim. Meski begitu, ia tak patah arang.
Setelah kabur dari sekolah pimpinan Pastor Benedictus itu, petualangan bocah Aborigin ini mewarnai jalan cerita film musikal Bran Nue Dae. Film ini menjadi pembuka festival film Australia bertajuk “Australia on Screen 2011” yang digelar Kedutaan Besar Australia. Perhelatan film ini diselenggarakan di Blitzmegaplex, Jakarta, sepanjang 26-28 Januari lalu.
Di tengah dinginnya cuaca malam Perth, Willie bertemu dengan gerombolan gembel di bawah jembatan. Satu dari gembel-gembel tua yang tengah mabuk itu mengaku pamannya. “Aku juga dari Broome. Namaku Stephen Johnson dan aku adalah pamanmu. Nanti aku antar kau pulang, ya,” katanya sambil mabuk.
Dengan kelicikannya, Stephen Johnson menabrakkan diri pada mobil kombi van yang tengah lewat, lalu ia berpura-pura sekarat. “Aku tak ingin ke rumah sakit. Antar aku saja ke Broome,” ujarnya. Pasangan Hippie penganut Budha, Slippery asal Jerman dan pacarnya Annie, pengendara kombi van itu pun terpaksa mengantar.
Di tengah jalan, van itu mogok. Willie akhirnya menumpang truk yang mengangkut kesebelasan sepakbola kampung. Selama perjalanan, mereka bernyanyi dan berjoget di atas truk. Malang, truk itu bukan lurus ke Broome tapi malah berbelok ke kanan. “Kita akan mampir ke Broome seminggu lagi,” ujar pelatih, yang membuat Willie galau. Di tengah kegaulauannya, Willie kembali ke rombongan kombi van.
Setiap menitnya, film yang disutradarai Rachel Perkins ini boleh dibilang penuh warna dan kejutan. Dengan eksekusi yang apik dan tak terduga, siapa sangka ibu Willie ternyata berpoliandri. Sesampainya di Broome, semua terungkap. Ibu itu tentunya yang paling kaget melihat Stephen Johnson, yang ternyata suami yang ditinggalkannya dulu. Dari hubungan pernikahan mereka lahirlah Willie. Namun semasa muda, ibu Willie juga menjalin hubungan dengan Pastor Benedictus yang akhirnya muncullah Slippery. Itulah sebabnya Stephen hijrah ke Perth dan menjadi gembel.
Sepanjang tiga hari penuh, tak hanya Bran Nue Dae, film yang memenangi ajang Melbourne International Film Festival itu, yang diputar di festival tersebut. Ada tujuh sinema lainnya, antara lain, Radiance, Jindabyne, Lantanan, Looking for Alibrandi, dan Ned Kelly, yang juga cukup menarik.
Selain itu, ada satu film drama animasi berjudul Mary And Max yang tak kalah menariknya. Film yang disutradarai Adam Elliot itu mengisahkan persahabatan dua karakter berbeda, Mary Dinkle, bocah tembem berusia delapan tahun yang tinggal di pinggiran Melbourne, Australia, dan Max Horovitz di New York, Amerika Serikat, seorang Yahudi berusia 44 tahun yang mengalami Asperger Sindrom –sindrom autisme yang membuat penderita sulit berkomunikasi dengan lingkungannya.
AGUSLIA HIDAYAH