Tanpa sadar, di tempat yang asing itu, kita memindai segala sesuatu yang tampak mata, dari topografi tempat, bangunan maupun fasade di wilayah itu. Hingga hal-hal yang nampaknya sepele : peralatan sehari-hari yang digunakan masyarakatnya. Maka kita bisa menerka bagaimana budaya lokal dan sifat masyarakat yang hidup di situ.
Begitulah setidaknya kesan yang akan muncul dari instalasi-instalasi Japanese Design Today 100 yang dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, hingga 6 Februari mendatang. Tak lain, instalasi tersebut adalah barang-barang industri yang digunakan masyarakat Jepang.
Boleh jadi ketika melihat pameran ini, kita akan bernostalgia dengan ingatan kita akan benda berlabel Made in Japan yang kerap kita temui. Nama-nama produsen yang tak asing kita dengar seperti, Sony Corporation, Toshiba Corporation, Honda Motor, Toyota Motor, Canon Inc dan lainnya akan mudah kita temukan dalam pameran ini. Produk buatan Jepang ini menjadi semacam label yang meluas dengan kualitas yang tak perlu dipertanyakan lagi.
Selain menghadirkan benda-benda desain masa kini, sebanyak 13 di antaranya adalah benda industri tahun 1950an hingga 1980an. Lihat saja produk motor Super Cub C 100 yang dikeluarkan oleh Honda Motor Co., Ltd tahun 1958. Tampilan motor kuno yang kecil dan ramping karya desainer Jozaburo Kimura tentu sudah tak banyak ditemukan lagi di Jepang. Atau, desain kameran Nikon SLR seri F awal yang dibuat tahun 1959 juga ditampilkan.
Pameran ini menyuguhkan benda-benda keseharian yang beberapa di antaranya terkesan remeh temeh tetapi sangat fungsional dan tak jarang sublim. Perajinnya seolah memakai kecermatan yang seakan-akan menggarap semua produk materialnya dengan kekaguman terhadap produk itu. Lihat saja wadah garam dan merica bubuk yang mereka sebut dengan Snowman: Salt and Pepper Shakers, yang diproduksi oleh perusahaan Authentics tahun 1998. Perancang Azumi bersaudara hanya memindahkan bentukan manusia salju menjadi wadah penyedap rasa yang mungil dan fungsional.
Atau kita bisa lihat jas hujan yang diproduksi oleh A-net Inc tahun 1994. Semua masyarakat di wilayah manapun mengenal jas plastik untuk menutupi badan agar tak terkena hujan. Tetapi Kosuke Tsumura mendesainnya dengan banyak kantong di jas tersebut. Hingga berbagai benda, seperti buku catatan kecil, peta, alat tulis bahkan botol air mineral dapat disimpan dalam kantong tersembunyi itu.
Banyak benda yang sejatinya kerap kita temui tersaji dalam pameran ini. Menurut salah seorang kurator, Hiroshi Kashiwagi, dalam periode pasca-perang, desain produk sehari-hari Jepang sangat dipengaruhi oleh Amerika Serikat. “Sebuah tren yang secara akurat mencerminkan situasi keseluruhan budaya Jepang pasca-perang,” tulis Kashiwagi dalam katalog. Tak dipungkiri, ilmu dan teknologi Jepang mulai beralih dari produk yang mulanya “besar dan berat” menjadi produk yang “ringan dan mungil”.
Bahkan dari produk yang “ringan dan mungil” itu, tetap saja diperhitungkan aspek-aspek sepele dan personalnya. Rasa akrab terhadap obyek sangat memungkinkan para desainer menciptakan bentukan baru semaunya tanpa menghilangkan fungsi yang semestinya. Asbak rokok portable, misalnya. Mereka menciptakannya untuk dapat dibawa kemana saja meski dengan dalih peduli terhadap lingkungan.
Kiranya tepat pernyataan kurator pameran, Rizki A. Zaelani, dalam katalog bahwa pameran ini lebih berlaku sebagai undangan bagi kita untuk mengingat-ingat kembali hubungan kita dengan barang-barang keseharian kita, mengenang, atau bahkan menimbang lagi apa yang pernah kita tahu mengenainya.
ISMI WAHID