TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Dewa Budjana mengingat, ada yang berbeda dari karya Nyoman Mantra, pelukis yang dikenalnya sejak 2005. Dua lembar lukisan karya perupa itu telah dia koleksi. Meski tak hafal apa judulnya, dia ingat keduanya bergaya abstrak.
Dalam pameran tunggal karya Mantra di Sangkring Art Space, Bantul, Yogyakarta, gitaris band Gigi itu tak lagi menemukan gaya tersebut. Hampir semuanya bergaya realis. "Ada pergerakan yang luar biasa dari seorang Mantra," kata Budjana.
Bagi Budjana, perubahan gaya berkesenian adalah lumrah terjadi. Sebagai musisi misalnya, tak jarang ditemui ada perubahan gaya dari pop ke rock atau sebaliknya. "Modern art bebas tidak terbatas," ujarnya
Nyoman Mantra sendiri mengakui ada banyak perubahan dalam karya-karyanya. Namun dia sadar, berkarya tak bisa dibatasi oleh satu gaya saja. Dia bebas sebebas ide yang ada di kepala. Tak lagi dia pedulikan aliran lukisan apa yang hendak ditekuni. "Saya sudah mati rasa dengan genre," kata Mantra.
Ibarat telepon seluler, menurut Mantra, tak penting merek apa yang digunakan. Yang terpenting adalah fungsi dan manfaatnya untuk berkomunikasi. Begitu juga dengan karya seni. Rasanya tak lagi penting bagi dia aliran apa yang diikutinya. "Yang penting, esensi karyanya," ujarnya.
ANANG ZAKARIA