TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Enam lukisan itu berukuran sama, 130 x 130 sentimeter. Gambar di atas kanvasnya juga sama, yakni potret diri gitaris legendaris asal Amerika Serikat, Jimi Hendrix, dalam postur setengah badan dengan tangan menyilang di depan dada. Masing-masing lukisan dipasang berdampingan. Jika diamati berurutan, jelas terasa pelukisnya ingin menampilkan sebuah perubahan.
Di lukisan paling kiri, lukisan Hendrix tergambar dengan gaya realis. Semakin ke kanan rasanya makin abstrak. Lukisan yang terpajang di sebelah kanan lukisan pertama, wajah dan bagian badan Hendrix mulai bertabur daun. Di dadanya, guratan garis tak beraturan ditambahkan. Jadi mirip akar pohon yang sedang tumbuh.
Dan makin ke kanan, daun mulai bersemi lebih banyak di wajah Hendrix. Perubahan dalam gambar Hendrix kian kental di lukisan kedua dari kanan. Rambut kribonya berupa daun semua. Hingga akhirnya menjadi "pohon" Hendrix dengan rambut daun, muka ranting, dan tubuh akar.
Adapun di lukisan paling kanan, yang menjadi lukisan terakhir dari deretan lukisan itu, Hendrix digambar kembali seperti semula. Tapi, dibanding yang pertama, dengan gaya realis, kali ini bentuknya abstrak beraneka warna. Cukup ceria dan ramai kesannya.
If Six Was Nine adalah judul keenam lukisan karya Nyoman Mantra itu. Bersama 12 karyanya yang lain, lukisan karya pelukis asal Bali yang kini menetap di Lombok itu dipajang dalam pameran tunggal di Sangkring Art Space, Bantul, Yogyakarta, 10-28 Januari ini.
Dalam enam lukisan bergambar Jimi Hendrix itu, tema pameran "Organic Mind" yang diangkat Mantra sangat kuat tergambar. "Organic Mind" adalah sebuah ide memadukan dua jenis kecerdasan manusia, yang alami dan buatan, antara intelegensia genetik dan yang bisa diperoleh dari proses pembelajaran selama manusia hidup.
Menurut Mantra, Jimi Hendrix adalah gitaris nomor wahid yang paling berpengaruh dalam sejarah musik rock dunia. Hendrix pula yang melahirkan teknik bermain gitar secara modern. "Saya tumbuh bersama karya dia sejak SMA," kata Mantra, yang sangat mengagumi Jimi Hendrix.
Dan siapa sangka, ternyata sang gitaris mendapat keterampilan bermusiknya secara otodidaktik. Dia telah membawa bakat musiknya sejak lahir. Tentu saja, dengan modal bakat yang tak semua orang memilikinya itu, Hendrix terus mengasah talenta musiknya lewat latihan sendiri, tanpa sekolah.
Bakat bawaan Hendrix itu, menurut Mantra, adalah organic mind. "Itu alasan kenapa saya memilih dia sebagai ikon," ujarnya menjelaskan.
Mantra sengaja memasukkan unsur daun dalam tiap lukisan. Menurut dia, daun dianggap sebagai sebuah simbol alam, yang selalu tumbuh dan berkembang. Tak hanya dalam If Six Was Nine, daun juga hadir dalam karyanya yang lain.
Semisal lukisan berjudul Composition in E Minor. Lukisan di atas kanvas berukuran 245 x 160 sentimeter itu menggambarkan drama erotis dua insan berbeda jenis yang tengah bercinta. Daun hadir sebagai kepala dan rambut sosok pria dalam lukisan itu.
Atau lukisan berjudul On the Road to Pat Matheny di atas kanvas berukuran 185 x 145 sentimeter. Dalam lukisan itu, Mantra menggambar seekor kuda dengan tali kendali berbentuk ranting lengkap dengan daun. Dia atas kuda tersebut, tergambar rimbun dedaunan sebagai penunggangnya.
Dalam tiap lukisannya, Mantra sekaligus menyelipkan riset pemikirannya tentang hubungan antara bunyi bahasa dan bentuk tulisan yang dikenal di masing-masing belahan dunia. Bentuknya adalah huruf-huruf yang mirip perpaduan dua jenis huruf, Cina dan Jawa kuno (hanacaraka). Huruf yang hanya dia mengerti sendiri itu hadir tergambar di hampir semua lukisan karyanya.Menurut dia, ide bentuk huruf yang dia tuliskan itu keluar berhamburan begitu saja dari kepalanya. Tak penting bagi dia apa artinya. "Yang penting, dikeluarkan dulu," katanya.
Cara itu dianggap sebagai eksplorasi sebuah ide orisinal (organic mind) dalam dirinya. Bagi dia, semua itu adalah proses. Ibarat sebuah perjalanan panjang, ide itu kelak akan bermuara menjadi satu ide besar. Ide seperti itu, tutur Mantra, tak hanya terwujud dalam satu jenis karya seni. Bisa jadi, dia akan berubah menjadi karya yang lain. Semisal musik atau yang lainnya.
ANANG ZAKARIA