Lagu tersebut berjudul Schumann's Psychosis karya Ananda Sukarlan dua tahun lalu. Karya ini dipentaskan dalam pertunjukan Jakarta New Years Concert 2011 bersama pianis muda yang memenangkan kompetisi Ananda Sukarlan Awards. “Idenya adalah penyakit yang diderita Schumann,” ujar Ananda. “Dia berkepribadian ganda dalam hidupnya “
Fenomena ini diadaptasi menjadi perpaduan antara musik Schumann dan hasil obrak-abrik Ananda. Ia memanfaatkan lagu Toccata opus 8 Schumann sebagai material saja. Maka akan kita dengar gaya musik mereka dengan bebas keluar masuk seperti dua pribadi ganda.
Karya serupa terlihat dalam komposisi Vivaldi's Winter of Discontent yang mengambil Four Seasons Vivaldi : Winter sebagai materialnya. Lagu yang baru beberapa hari selesai digarap Ananda ini bercerita tentang kelainan iklim di seluruh dunia.
Dimainkan oleh empat pianis muda dengan empat piano, karya Vivaldi itu diobrak-abrik. Pada kalimat-kalimat tertentu akan terdengar jelas tema lagu Vivaldi dimainkan utuh. Tetapi Ananda menambahkan sentuhan modern di dalamnya. Bahkan warna jazzy yang cukup kental pada akhirnya juga menyentuh karya ini.
Tak ketinggalan, dalam konser itu juga digarap musikalisasi puisi. Tiga sajak tentang piano – yakni, Suara Piano (Medy Loekito), Sunyi dan Bunyi (Hasan Aspahani), serta Hitam Putih (Chendra Panatan) – dinyanyikan oleh Aditya Pratama dengan suara bariton dan iringan piano oleh Ananda.
Selain itu, puisi Sapardi Djoko Damono berjudul Aku Ingin juga digarap. Lagu ini dinyanyikan oleh Monarch Orcaellanum Luminare Choir dengan Angela Astri Soemantri sebagai pengaba.
Dan lagi-lagi Ananda memberi kejutan dalam konser itu. Ia menampilkan sepenggal aria dari sebuah opera Pro Patria, yang akan ditampilkan Agustus mendatang. Duet aria ini diambil dari penggalan puisi Sutan Takdir Alisjahbana.
Sepenggal aria ini dinyanyian oleh Melissa Christina sebagai soprano dan Aditya Pratama sebagai bariton. Berkisah tentang pasangan muda yang terpisah oleh jarak dan waktu. Adalah Hidayat yang dipenjara oleh tentara Jepang. Dalam keadaan sekarat, ia mengingat istri dan anaknya di dalam penjara itu. Sedangkan istrinya, Kartini, tak tahu dimana keberadaan suaminya. Sudah tiga bulan Hidayat tak pulang tanpa tahu apa yang terjadi. Merataplah mereka dalam duet aria tersebut.
Panggung tak didesain seperti laiknya opera. Bahkan kostum yang dipakai oleh Adityapun sangat sederhana, hanya memakai celana panjang dan bertelanjang dada. Sementara itu, Melissa lengkap mengenakan kebaya. Ya, kita tunggu keseluruhan opera tersebut Agustus mendatang.
Konser ini memang dimaksudkan untuk memberi tribute bagi komposer-komposer Indonesia. Seperti Variasi Sepasang Mata Bola karya Yazeed Djamin yang diaransemen oleh Ananda. Atau ciptaan Amir Pasaribu bertajuk The Juggler's Meeting yang dimainkan oleh Melivia Citravani Raharjo, pemenang ketiga Ananda Sukarlan Awards.
Kita mendengar juga karya Johannes Nugroho berjudul Kelana Jiwa dan Lamunan di Beningnya Biru Langit Siang. Lalu, karya-karya lama Ananda juga ditampilkan, seperti Rapsodia Nusantara No.4, yang dimainkan dengan sangat apik oleh Edith Widayani. Karya ini telah membawanya mendapat gelar First Prize Winner Ananda Sukarlan Awards 2010.
Karya Ananda lawas lainnya yang dimainkan adalah The Humiliation of Drupadi. Lagu ini bertutur tentang kisah Drupadi yang ditelanjangi oleh Kurawa karena kekalahan Pandawa dalam sebuah perjudian. Drupadi menjadi pertaruhan terakhir.
ISMI WAHID