Rencananya, Ngayogjazz akan dimulai pukul 14.00-24.00 WIB. Sederet musisi yang berpartisipasi, di antaranya Syaharani & Queen Fireworks, Glenn Fredly, Iga Mawarni, Simak Dialog (Tohpati, Riza Arshad, dan kawan-kawan), dan Chaseiro (Chandra Darusman, dan kawan-kawan). Mereka akan mengisi tiga panggung yang diberi nama Siter, Serompet, dan Tambur.
Pentas jazz rakyat itu akan dibuka Pengamen Agung Indonesia, yang namanya masih dirahasiakan. Dedengkot musik blues, Gugun Blues Shelter juga akan mengisi acara itu. Tak ketinggalan pula, Tohpati Bertiga (Tohpati, Indro Hardjodikoro, Bowie), pembacaan puisi, dan berbagai kesenian tradisional, serta komunitas jazz dari Jogja, Bali, dan Ngisor Ringin Semarang.
Menurut Djaduk, Ngayogjazz selalu menghadirkan sebuah rangkaian peristiwa yang berbeda dari yang telah digelar sebelumnya. Kalau sebelumnya sempat menghadirkan musisi dari luar negeri, kali ini absen. “Lagi belum ada dana,” ujarnya malu-malu.
Meski demikian, masyarakat tidak perlu khawatir. Ngayogjazz kali ini pun tetap akan tetap istimewa. Bisa dibilang pertunjukan tanpa batas, baik dari cara memainkan musiknya, spontanitas, interaksi dan ekspresi orang-orang yang ada di sekitar arena, tanpa membedakan latar belakang. “Itulah jazz, yang dari asalnya lahir dari sebuah keadaan sosial, yang direspon dengan permainan musik,” Djaduk menjelaskan.
Semangat itu rupanya yang hendak diusung Ngayogjazz: lebih beragamnya alat musik, lebih banyak macamnya unsur kebudayaan dan kesenian. “Inilah Jazz,” ujar Djaduk. Di sini, menurut Djaduk, tidak akan berurusan soal musikalitas. Sebab, interaksi seluruh aktivitas yang ada di situ sangat ngejazz.
Tak heran bila di kawasan rumah Djoko Pekik akan hadir pula para pedagang aneka makanan dan jajanan kampung, seperti layaknya sebuah hajatan desa. “Kami ingin menyuguhkan jazz yang sesungguhnya,” kata Djaduk dalam jumpa pers di Rumah Makan Pondok Cabe, kemarin. “Nonton jazz bisa sambil makan sate klathak misalnya,” lanjutnya sambil tertawa.
Sedangkan Syaharani, yang siap memeriahkan Ngayogjazz ke 4 nanti, mengaku sangat gembira melihat perkembangan Yogya. Empat kali Ngayogjazz dihelat, baru yang kedua Syaharani absen. “Yang ketiga, saya sempat nangis setelah turun dari panggung. Ternyata antusiasme penonton sangat tinggi. Dalam kondisi hujan deras, mereka tidak beranjak. Mereka tetap nonton meski harus memakai jas hujan,” katanya.
Nah, untuk mengantisipasi cuaca yang kini sedang tidak bersahabat, panitia telah menyiapkan antisipasi. Dari bisik-bisik mereka, akan diturunkan tiga orang pawang hujan untuk mengamankan pertunjukan itu dari guyuran hujan. Kehadiran mereka bisa jadi merupakan bagian dari “Inilah Jazz”.
LN IDAYANIE