Pelaksana Tugas Kepala BP3 Trowulan Aris Soviani mengatakan, sebanyak 157 fosil purba yang ditemukan Tim Kajian Sejarah Sosial dan Budaya (KS2B) Tulungagung akhir tahun lalu hanyalah material tanah biasa. Benda-benda tersebut terjebak di dalam cangkang kerang dan mengeras seperti batu. “Itu bukan fosil,” kata Aris kepada Tempo, Kamis siang tadi.
Kepastian tersebut diperoleh setelah BP3 menerjunkan seorang arkeolog ke Tulungagung. Setelah meneliti benda-benda yang ditemukan dan disimpan di sekretariat KS2B, disimpulkan bukan benda berharga. Karena itu BP3 tidak tergerak melakukan ekskavasi dan mengamankan benda tersebut.
Menanggapi usia benda yang diduga jauh lebih tua dari Homo Wajakensis hasil temuan Duboa sekitar 20.000 tahun sebelum Masehi, Aris dengan tegas menyangkalnya. Menurut dia, usia sebuah benda purbakala tidak bisa dikira-kira seperti yang dilakukan sejarawan Tulungagung. “Perlu uji karbon dating terlebih dulu,” ujarnya.
Karena itu, menurut Aris, jika ada yang menyatakan fosil tersebut lebih tua dari Homo Wajakensis dan berusia antara 20.000 – 40.000 sebelum Masehi, BP3 Trowulan tak mau bertanggungjawab.
Triyono, Ketua KS2B yang juga penemu fosil tersebut, tetap meyakini jika benda tersebut lebih tua dari Homo Wajakensis. Dia juga menyayangkan sikap BP3 Trowulan yang kurang serius menanggapi temuan itu dengan melakukan uji laboratorium. “Mereka tertarik saja tidak, bagaimana bisa menyimpulkan,” katanya.
Saat ini Triyono masih mencari donasi dari pihak swasta yang bersedia membiayai penelitian tersebut. Dia berharap suatu saat bisa menggugurkan temuan Duboa yang menyatakan Homo Wajakensis sebagai manusia tegak pertama.
Selain ratusan fosil purba yang terdiri dari 41 tulang, 24 terumbu karang, dan 92 fosil gastropoda, Triyono juga menemukan dua buah goa purba dan peralatan hidup. Tiga bukti tersebut merupakan penanda adanya kehidupan manusia purba. Dia meyakini kehidupan tersebut berusia di atas 40.000 tahun sebelum Masehi.
HARI TRI WASONO