Delapan unit instalasi angklung ini menjadi bagian dari pameran “Influx: Strategi Seni Multimedia di Indonesia” yang digelar di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, hingga 27 Januari mendatang. Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian acara ulang tahun Ruang Rupa ke-10.
Instalasi tersebut berjudul (Miss) Call me, Please (2010) karya Krisna Murti. Dilengkapi dengan telepon seluler, sensor, dan motor elektronik, memungkinkan siapa pun bisa terlibat dalam karya ini. Setiap missed call akan menimbulkan bunyi angklung yang berbeda-beda.
Sebanyak 15 seniman dari Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung ikut serta memamerkan beberapa karyanya dalam pameran ini. Mereka, dengan karya yang dipamerkan, seolah menunjukkan sejumlah pendirian yang berbeda perihal hubungan seni dan perkembangan multimedia sebagai mediumnya.
Seniman yang diundang tak lain datang dari berbagai latar belakang kemunculannya dalam medan seni rupa Tanah Air. Menurut kurator Hendro Wiyanto, pameran ini memperlihatkan semacam kondisi dalam arus perubahan terus-menerus (influx) yang terjadi, baik pada tataran medium maupun pesan dalam karya seni itu.
Ade Darmawan, dengan karyanya, Nona Hollis, misalnya. Ade menghadirkan karya seni rupa multimedianya yang pernah dibuat bersama kelompok Biosampler, Bandung, pada 2003. Berbagai ukuran speaker ditempatkan dalam ruang instalasi.
Dalam karya ini, kita akan mendengar rekaman suara-suara dari empat kaset yang dibuat oleh perusahaan multi-level marketing (MLM). Mereka sedang memberikan petunjuk kepada pendengar tentang kiat sukses menjalankan bisnis pemasaran produknya. Bisnis yang menjanjikan ini dihadirkan dalam karya dengan gelombang suara yang bertumpuk dan tak jarang gaduh.
Bagi Ade, kerja seni juga adalah kerja sains. Maka medium hanyalah pilihan. "Saya menerjemahkan perkembangan kultur media itu, dan apa yang ingin saya tawarkan adalah gagasan yang terus berhubungan dengan kultur media yang terjadi," ujarnya seperti ditulis dalam katalog pameran.
Lain halnya Duto Hartono, yang menganggap karya-karyanya dalam kaitannya dengan seni rupa media baru bukan sebagai karya media dengan kebaruan. Sebab, menurut dia, media yang digunakan kebanyakan sudah kedaluwarsa. "Percepatan kemajuan teknologi tidak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Jadi mana mungkin disebut baru," katanya dalam katalog.
Dalam pameran ini, Duto menampilkan karyanya berjudul How To Perform John Cage's 4'33" on a Loop Delay As Demonstrated by a Band of Cacti yang ia buat pada 2009. Duto menempatkan dua kaset recorder berjarak yang keduanya dihubungkan dengan pita kaset. Kedua kaset tersebut saling berhubungan. Tiap penonton bisa merekam suaranya di satu sisi recorder. Satu menit kemudian, suara tersebut akan terdengar di sisi recorder yang lain. Dalam karya instalasi ini, Duto memang memanfaatkan benda-benda lama.
Lihat juga karya Agus Suwage berjudul Do It Yourself. Gambar berderet yang disusun melalui karet roda. Jika tuas ditekan, roda tersebut akan berputar menggerakkan gambar-gambar itu. Mulanya foto mantan Presiden Amerika Serikat George Bush, kemudian berubah menjadi gorila.
Bagi Agus, pemanfaatan media baru lebih bergantung pada zaman dan kebutuhan seniman untuk menyampaikan gagasan artistiknya. Maka akan terlihat kebiasaan sang seniman dalam mendayagunakan berbagai media penunjang, sekaligus keahliannya di ranah itu.
Seniman lain yang terlibat misalnya A.G. Kus Widananto (Jompet), yang menampilkan instalasi video Third Realm. Ada juga Hardiman Radjab, Tintin Wulia, Prillia Tania, dan banyak lagi.
ISMI WAHID