Selain itu, Desa Gempolsari, yang terletak persis di utara tanggul penampung lumpur, menjadi tidak layak huni lagi. Bahkan, belakangan beberapa desa – Besuki Barat, Pejarakan, Kedungcangkring, Jatirejo Barat, Siring Barat, dan tiga RT di Desa Mindi – menyusul masuk ke dalam peta area terdampak. Total jenderal, pada 2008 tercatat sebanyak 10.106 kepala keluarga terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka.
Boleh dibilang, bencana ini hampir dilupakan orang. Untuk itu, Lafadl Initiatives, sebuah lembaga nirlaba, menggelar pameran foto bertajuk “Memori Bawah Tanah: Mengingat dan Memotret Hak-Hak Dasar Korban Lumpur Lapindo”. Pameran yang bekerja sama dengan lembaga Hivos ini digelar di Galeri Cipta 3, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sepanjang 5-7 Januari ini.
Pameran foto ini adalah hasil dari workshop fotografi yang dilakukan sejumlah warga dari desa-desa yang terkena dampak lumpur Lapindo. Mereka menggambarkan kondisi hak-hak asasi manusia di Porong, Sidoarjo. Foto-foto yang dipamerkan lahir dari mata mereka yang terkena langsung dampak lumpur Lapindo.
KALIM/Pelbagai Sumber