Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kegelisahan Tiga Perupa  

image-gnews
Cara mendalang Jogja. Karya Musyafiq. Foto:TEMPO/Anang Zakaria
Cara mendalang Jogja. Karya Musyafiq. Foto:TEMPO/Anang Zakaria
Iklan
TEMPO Interaktif, Jogjakarta - Tiga perupa beda generasi menggelar pameran bersama bertajuk InsomniArt digelar di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta, hingga Senin pekan depan. Mereka – HR Suhartono, Musyafiq, Agus Nuryanto – menyajikan kegelisahan tengah malam dengan karakter masing-masing. Berlatar belakang pengusaha batik di Yogyakarta, HR Suhartono menonjolkan ornamen dekoratif dari motif batik. Musyafiq, yang juga berprofesi sebagai dalang, lebih banyak mengeksplorasi gambar dalam kisah wayang beber. Adapun Agus Nuryanto menampilkan gambar wayang yang telah dimodifikasi sesuai tema masa kini.

 

Kegelisahan HR Suhartono terhadap eksistensi batik jelas tergambar dalam karyanya. Simak lukisan berjudul Garuda yang dilukis di atas kanvas berukuran 77,5 X 52 sentimeter dengan cat akrilik. Suhartono menggambar seekor burung garuda dengan sesosok wayang menunggang di atasnya.

 

Di sini, Suhartono mengangkat kembali motif ornamentik batik-batik Jawa dalam lukisannya. Garis bulat ala batik kawung atau goresan garis panjang mirip batik sidomukti dia jadikan hiasan sayap dan ekor garuda. Adapun di sekeliling gambar utama, alumnus SSRI Yogyakarta tahun 1964 itu menambahkan hiasan berupa bangun segitiga, lingkaran dan gambar kupu-kupu. Bedanya, jika lazim batik Jawa berwarna cokelat, hitam atau putih, Suhartono memilih aneka warna untuk lukisannya.

 

Dalam pameran itu, Suhartono memajang 31 lukisannya. Tak hanya lukisan di atas kanvas, dia pun memamerkan karya dalam bentuk lukisan di atas kertas.

 

Sementara itu, Musyafiq menampilkan gambar-gambar dalam kisah wayang beber. Sebagai alumnus SSRI Yogyakarta tahun 1972 yang juga bergelut sebagai dalang wayang beber, Musyafiq hafal di luar kepala 24 babak dalam kisah wayang Panji itu.

 

Salah satu karyanya adalah “Gulungan Keenam”. Dilukis di atas kanvas sepanjang sekitar 4 meter dan lebar satu meter, lukisan itu menceritakan kisah babak ke 21 hingga 24 kisah wayang beber. “24 babak wayang beber dibagi dalam enam gulungan, masing-masing gulungan isinya 4 babak” kata Musyafiq, perupa asal Klaten, Jawa Tengah itu.

 

Gulungan Keenam adalah sepotong kisah. Gambarnya terdiri dari rangkaian wayang dalam berbagai posisi. Dari duduk bersimpuh, tegak berdiri dan sujud memohon. Dengan berbagai warna; merah, hijau, kuning, biru, putih dan hitam, lukisan itu lengkap dengan detil gambar dekoratif di tepiannya.

 

Lukisan itu bercerita tentang syukur Dewi Sekartaji karena kejahatan Prabu Kelana habis ditumpas oleh Raden Panji. Berbekal restu raja Kediri, Dewi Sekartaji dan Raden Panji akhirnya menikah dengan pesta sangat meriah. “Tujuh hari tujuh malam,” kata Musyafiq bercerita tentang kisah dalam Gulungan Keenam.

 

Ada 14 lukisan Musyafiq yang dipamerkan. Lukisan-lukisan itu dibuat sepanjang 1983 hingga 2007. Semuanya bertema tentang gambar dalam cerita wayang beber.

 

Perupa Agus Nuryanto hadir menampilkan wayang Purwo. Bedanya, gambar-gambar wayang dalam lukisannya telah dimodifikasi. Lukisan Super Hero, misalnya, adalah sebuah gambar Flash –sosok pahlawan dalam film fiksi- berkepala mirip petruk dalam cerita pewayangan. Hidungnya panjang dengan dua bulu menempel di atas telinga.

 

Selain “Super Hero”, ada tiga lukisan wayang lainnya karya Agus, lumnus SMSR Yogyakarta tahun 1989, yang dipajang dalam pameran itu. “Wayang adalah gambaran sifat manusia,” kata Agus yang bergelut dalam bisnis mebel itu.

 

Karyanya yang lain adalah Untuk Jogjakarta. Dalam lukisan itu, Agus menggambar simbol Kraton Yogyakarta dalam warna kuning. Dengan latar belakang kayon wayang berwarna hitam. Di kanan-kiri simbol itu, dia gambar dua sosok wayang yang saling berhadapan. Di atas dan bawah lukisan, Agus mewarnai lukisan dengan warna biru.

 

Menurut dia, lukisan itu melambangkan kosmologi Mataram. Kerucut kayon melambangkan gunung Merapi. Di tengahnya adalah Keraton Yogyakarta dan warna biru di bagian bawah melambangkan Laut Selatan.

 

 

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

34 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.