Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Srawung Seni Candi  

image-gnews
Kelompok tari Asal Solo, Sahita,saat pentas di acara Srawung Seni Candi di Candi Sukuh, Karanganyar, Sabtu (1/1). Tempo/Andry Prasetyo
Kelompok tari Asal Solo, Sahita,saat pentas di acara Srawung Seni Candi di Candi Sukuh, Karanganyar, Sabtu (1/1). Tempo/Andry Prasetyo
Iklan
TEMPO InteraktifSurakarta

Gunane panulak iku

Ngedohke bebaya pati

Dhemit setan ora doyan

Janmo dur wedi mring mami

Sarap sawan bali ndalan

Kala kalaning sumingkir

 

 

 

Syair Kidung Panulak itu didendangkan oleh sejumlah Santri Swaran dari Ngargayasa, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Diiringi rebana serta kendang, syair untuk tolak bala itu turut mengisi perhelatan seni-budaya Srawung Candi, yang digelar di Candi Sukuh, Karanganyar, pada Jumat dan Sabtu pekan lalu.

 

“Kidung Panulak merupakan ciptaan Paku Buwana X,” kata pimpinan Santri Swaran, Suripto. Dahulu, kidung tersebut sering didendangkan oleh para santri yang ada di Masjid Agung Keraton Surakarta. Melalui kidung itu, mereka berharap Candi Sukuh dapat terjaga dari segala kerusakan.

 

Dalam Srawung Candi tersebut, para seniman tidak sekadar mencari inspirasi dari cerita yang ada dalam relief Candi Sukuh. Mereka juga mencoba memberikan ‘perlindungan’ kepada candi sehingga membentuk sebuah simbiosis mutualiasme – hubungan dua pihak yang saling menguntungkan.

 

Kelompok Reog Bayu Seto dari Sukoharjo, Jawa Tengah, juga mencoba untuk ikut melindungi candi dari kerusakan. Reog tersebut melakukan ritual dengan mengelilingi candi. Reog, yang saat ini hanya sering digunakan dalam kegiatan karnaval itu, dicoba untuk dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai penolak bala.

 

Sajian dari seniman Indonesia yang dipentaskan dalam perhelatan Srawung Candi tersebut cukup menarik perhatian masyarakat desa sekitar candi. Maklum, rata-rata mereka menyuguhkan kesenian rakyat itu cukup dekat dengan masyarakat, dibanding performance art yang disuguhkan oleh belasan penyaji dari luar negeri dalam perhelatan kesenian tersebut.

 

Meski demikian, tidak semua penyaji dari dalam negeri menyuguhkan kesenian rakyat. Beberapa juga menampilkan seni kontemporer, seperti teater dan tarian. Salah satunya adalah Komunitas Seni Teku asal Yogyakarta yang menampilkan karya berjudul Brungkat.

 

Pementasan teater di bawah hujan deras itu dimulai dengan aksi teaterikal: merentangkan benang berwarna warni dari atas candi. Benang dengan gulungan yang cukup besar itu membentang dengan centang perenang, karena diikatkan dengan pelbagai benda di depan candi.

 

Aksi itu dilanjutkan dengan adegan pertemuan antara Werkudara dengan guru sejatinya, Dewa Ruci. Tidak ada kata yang terucap sedikit pun dalam pementasan tersebut. Olah gerak yang dilakukan menggambarkan cerita saat Werkudara masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci untuk mendapatkan wejangan tentang kehidupan.

 

Pementasan berdurasi sekitar 30 menit itu ditutup dengan kehadiran seorang pria yang membawa dua ranting kayu berwarna merah di masing-masing tangannya. Dia mengepakkan dua ranting itu seperti layaknya sayap. Pria tersebut memerankan Garudeya, burung raksana yang diceritakan dalam salah satu relief di Candi Sukuh.

 

Menurut sutradara Ibed Surgana Yuga, mereka ingin mengakrabi ruang sejarah, ruang mitologi, ruang sosial-budaya dan ruang fisik yang melingkupi Candi Sukuh. “Cerita tentang Dewa Ruci dan Garudeya yang sebenarnya tidak berkaitan, bertemu di candi ini,” ujar Ibed, yang banyak berkutat dengan mitologi itu.

 

Suguhan kontemporer lainnya adalah pementasan tari Purusa Pradana. Tari yang dibawakan oleh Agung Rahma Putra dan Kinanti Sekar Rahina itu disuguhkan melalui gerak yang menampakkan sebuah kekompakan dan kemesraan. Tarian tersebut bertolak dari konsep purusa pradana dalam Agama Hindu, yang memiliki makna tentang konsep penciptaan.

 

Menurut Agung Rahma Putra, konsep purusa pradana mirip dengan lingga-yoni yang berada di Candi Sukuh. Meski demikian, tarian itu diciptakan bukan semata-mata untuk dipentaskan dalam Srawung Candi. “Sudah pernah dipentaskan tahun lalu di Jepang,” kata Agung. Saat itu, tarian itu meraih Juara Ketiga dalam Festifal Next Dream 21 Dance Contest Volume 9 di Jepang.

 

Suguhan yang juga menarik adalah pertunjukan musik berjudul Bunyi Bagi Alam Semesta. Pertunjukan ini menjadi satu-satunya pementasan musik dalam perhelatan Srawung Candi. Dengan menggunakan alat musik Genggong atau Jew’s harp, I Wayan Sadra mampu menghasilkan suara-suara yang cukup jernih. Berbagai suara ditirukan, seperti suara burung, katak, hingga tetes air melalui alat musik yang dimasukkan di mulut tersebut.

 

Musik itu tidak dipersembahkan bagi penonton. “Ini musik untuk alam di lingkungan candi,” ujar Wayan Sadra. Pengajar Institut Seni Indonesia Surakarta itu menilai, alam telah lama tersiksa dengan kebisingan yang diciptakan oleh manusia. Melalui musik tersebut, dia mencoba untuk menghibur alam.

 

Salah satu penampil yang tak kalah menariknya: Ketoprak Ngampung dari Surakarta. Kesenian rakyat yang cukup populer di masyrakat setempat itu menyuguhkan sebuah drama tradisional bertajuk Rukun Agawe Santosa.

 

Sesuai namanya, Ketoprak Ngampung, pementasan itu disajikan secara sederhana. Cerita yang dibawakan juga melekat dalam kehidupan masyarakat, yaitu tentang pemilihan lurah. Sayang, pementasan yang mampu mengocok perut penonton terganggu oleh hujan. Berbeda dengan ketoprak pada umumnya yang dimainkan secara indoor, Ketoprak Ngampung selalu dipentaskan di ruang terbuka.

 

 

AHMAD RAFIQ

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

27 hari lalu

SMA Labschool Cibubur mengadakan pentas seni CRAVIER yang kini memasuki tahun ke-10. Tahun ini, CRAVIER digelar pada 27 Juli 2024 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta. Foto: Istimewa
SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.


Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.


HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

28 Juli 2023

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.
HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.


Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

25 April 2023

Pengunjung menyaksikan pertunjukan 'video mapping' di Tugu Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu, 22 Desember 2019. Video mapping yang berdurasi 25 menit tersebut akan dilaksanakan hingga 31 Desember mendatang bertemakan Filosofi Tugu Monas, Relief dan Diorama Museum Sejarah Nasional, Pembangunan Ibu Kota Jakarta, Kebudayaan Betawi serta kehidupan Jakarta. ANTARA
Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.


4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

21 Januari 2023

Pertunjukan di acara puncak Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Malioboro Imlek Carnival di Yogyakarta, Sabtu 16 Februari 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono
4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.


Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

14 Desember 2022

Suasana destinasi wisata Tlogoputri, Kaliurang di lereng Gunung Merapi, Yogyakarta, masih sepi di masa PPKM Level 4. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.


Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

3 September 2022

Aksi panggung seniman lokal asal Kabupaten Bekasi di pentas Lebaran Yatim Bekasi yang digelar Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi di Lapangan Kelurahan Wanasari, Kecamatan Cibitung, Jumat petang, 2 September 2022. Foto: ANTARA/Pradita Kurniawan Syah
Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi


Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

23 Maret 2021

Seniman dan seniwati Kulon Progo menampilkan Tari Sri Kayun. (ANTARA/Sutarmi)
Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.


Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Tari Legong Semarandana dalam pertunjukan Budaya Pusaka Kita: Bangga pada Budaya Nusantara yang digelar Wulangreh Omah Budaya., Sabtu, 13 Februari 2021. Tempo/Inge Klara Safitri.
Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.


Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

1 Desember 2020

Penampilan teater musikal
Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.