Bentuk garis vertikal susunan buku di rak, garis-garis kotak persegi panjang hasil penempelan batu buatan pada tembok, garis horisontal di selembar tirai, dan beragam ukuran kertas tempelan di papan. Semuanya bisa mengingatkan kita pada sebuah game yang cukup populer. Pembuatnya, Ranti Puji Agusti dan kawan-kawan, memberi judul Tetris untuk video art berdurasi sekitar 40 detik itu.
Selain Tetris, ada 6 karya video serupa hasil workshop pembuatan video eksperimental bersama Michiko Tsuda, seniman media digital asal Jepang pada 21-26 Desember lalu. Video art karya bersama Budi Dwi Rahmady, Jaisa Randy, Jumadi Yhoggy, Mohammad Rizki Ardiansyah, Naluri Bella Wati, Ranti Puji Agusti, dan Taufanny Nugraha itu sejak 31 Desember hingga 15 Januari mendatang tengah dipamerkan dengan tajuk Dominos: Image Association Game di Common Room, Bandung, Jawa Barat. "Ini seperti video berbalas pantun," kata Direktur Common Room Gustaf Hariman Iskandar.
Michiko, 30 tahun, menularkan pendekatan berbeda dalam proses pembuatan video art. Narasi film tidak dirancang dan disusun dari awal, melainkan di tengah jalan sambil memilah gambar dan proses editing. "Ambil gambar dulu, narasi menyusul belakangan," ujar Gustaf.
Awalnya, menurut salah satu pembuat video Ranti Puji Agusti, Michiko meminta setiap orang merekam gambar yang berkaitan dengan permainan masa kecil dan ruang privat. Alat perekam dibebaskan memakai apa saja, seperti handycam, kamera telepon seluler, atau video pada kamera saku. Setelah itu, setiap gambar dirangkai berbingkai asosiasi tertentu. Efeknya menjadi seperti permainan domino.
Pada video berjudul Garis Suara, misalnya, suara dan gambar orang bermain gitar yang direkam dari sudut atas sehingga badan gitar hanya terlihat seperti garis tebal, dipadukan dengan gambar kawat, serta garis rata pada grafik suara di layar komputer. Adapun Loop atau Ulangi, menampilkan rekaman robot-robotan yang berjalan hilir mudik, laju mainan mobil di atas rel yang tak putus, serta perahu mainan yang berputar-putar di dalam baskom berisi air. "Seru sih, karena ada beberapa footage teman yang mau diterusin pakai gambar apa," ujar Ranti, pembuat film untuk video jockey itu.
Untuk memudahkan penyuntingan, Michiko meminta setiap rekaman gambar diambil maksimal satu menit. Efisiensi itu juga untuk menghemat waktu dan memori data penyimpan. Walau seluruh gambar direkam dengan kamera diam dari satu sudut saja, namun durasi setiap karya yang diminta kurang dari satu menit itu membuat video jadi tak terlihat membosankan.
Menurut Gustaf, video art seperti itu telah dikembangkan Michiko bersama seniman video antar negara lewat jaringan Internet. Kolaborasinya dengan seniman Prancis menghasilkan Migratory Project. Salah satunya yang berjudul Reward, ikut dipamerkan di Bandung namun dalam bentuk fotografi dan album foto.
Empat foto yang dipajang di dinding dan puluhan lembar foto lainnya dalam album, merupakan hasil temuan kartu data di hutan Prancis. Jepretan foto yang menggambarkan suasana sebuah keluarga itu kemudian dicetak dan disandingkan dengan foto-foto lain di tempat terbuka. Seolah-olah suasana di ruang pribadi itu dekat atau berhubungan dengan ruang publik. Padahal terjadi sebaliknya.
ANWAR SISWADI