Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Imajinasi Alam Made Mustika  

image-gnews
Karya
Karya "Powerfull Culture", pada pameran tunggal "BEYOND HORIZON" oleh I Dewa Made Mustika di galeri Apik, Radio Dalam Jakarta Selatan. Pameran lukis ini menampilkan 12 karya.Jakarta (28/12/10) TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH.
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta

Di atas kanvas itu, perupa I Dewa Made Mustika tampak tengah berdialog dengan alam lewat goresan-goresan cat akrilik. Perupa asal Bali itu menyapukan kuasnya, membuat gurat-gurat bebatuan, pepohonan, dan aneka tetumbuhan nan hijau lainnya. Made Mustika mencoba menorehkan imajinasi vsiual tentang alam ideal yang diinginkan semua manusia. Meski ada yang mati meranggas dan gersang karena bencana, alam itu tumbuh kembali berdasarkan siklus bumi.

 

Made Mustika, yang kini menetap di Yogyakarta, tengah berupaya menembus batas ruang imajinasi visualnya tentang alam. Hasil penjelajahan visualnya itu disuguhkan dalam sebuah pameran tunggal bertajuk Beyond Horizon di Galeri Apik, Plaza Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Made Mustika menyuguhkan belasan lukisan karyanya yang dapat dinikmati para pencinta seni rupa hingga 18 Januari mendatang.

 

Sebagai perupa dari Pulau Dewata, Dewa Mustika tak lepas dari ikon budaya Bali, seperti barong, candi, dan tari kecak. Dari belasan karyanya itu sebagian besar terinspirasi oleh kekayaan tradisi di kampung halamannya. Lalu, ada juga yang terilhami alam gunung Merapi, Yogyakarta. Sisanya, lukisan-lukisannya menyoal masa depan nasib kehidupan bumi kita.

 

Salah satu lukisannya yang menarik berjudul Tetabuhan dari Gunung. Lukisan ini terinspirasi oleh meletusnya gunung Merapi yang ia saksikan langsung pada November tahun lalu. Di atas kanvas besar, Made Mustika menggambar sebuah gunung yang memercikkan lahar. Hawa panasnya menyembur hingga naik dan membentuk awan merah di sekelilingnya. Di bawahnya, bukit-bukit telah tandus dan mengering. Kata “Tetabuhan” digunakan Made Mustika untuk mengungkapkan irama letusan, yang dari kejauhan terdengar bak dentuman beduk.

 

Menurut kurator M. Dwi Marianto, perupa Dewa Mustika selalu disemangati oleh imajinasi dan rasa musikal yang ada dalam jiwanya. “Ketika melukis, ia nampaknya berpikir seperti ketika akan menabuh salah satu instrumen alat musik dalam satu grup gamelan,” tulisnya dalam katalog pameran. Memang, selain dikenal sebagai perupa, Dewa Mustika juga mahir bermain alat musik. Ia mahir meniup seruling dan handal menabuh gendang, gender, dan rindik.

 

Lukisan Made Mustika yang terlihat sangat kental dengan warna kekayaan tradisi Bali adalah karya berjudul Nyepi Sehari untuk Bumi. Ia menampilkan panorama alam di sebuah kawasan di Bali dari sudut pandang kejauhan, di atas bukit yang menghadap tiga pasang candi. Seorang pertapa yang digambar dari belakang tampak sangat takzim bersila, menghadap ribuan rakyat yang ikut bersemedi mengelilingi candi.

 

Selain kental warna kekayaan tradisi Bali, beberapa karya lainnya tampak bertemakan alam secara umum. Tengoklah lukisan bertajuk Memelihara Sarang Air, yang diartikan Made Mustika sebagai sumber kehidupan. Lalu, dalam karya Ciptakan Harmoni, ia menyuguhkan lukisan yang mengkontraskan dua sisi kehidupan perkotaan dan alam perbukitan. Di samping bangunan menjulang tinggi, puluhan warga kampung tampak bergotong-royong menanam bibit pohon. Bagi Made Mustika, terkadang pemandangan gedung yang tinggi di tepi danau memang indah, namun akan lebih indah lagi jika berdampingan dengan alam yang seimbang.

 

Ada sebuah lukisan yang menjadi ramalannya tentang kehidupan ambiguitas eksistensi manusia yang kental. Lukisan yang bertajuk 2020 itu menggambarkan betapa mahalnya sebuah lapangan bermain sepak bola untuk anak-anak di masa 2020. Hingga keceriaan itu harus tercurahkan di atas atap gedung pencakar langit. Bocah-bocah yang tinggal di lereng gunung bahkan terhimpit, karena lahan kosong pun tak tersisa. Yang tertinggal, mereka hanya bisa menikmati pertandingan itu sebagai pemandangan harian mereka.

 

Secara keseluruhan karya Made Mustika boleh dibilang cukup menarik. Lahir di Ubud, Bali, 25 Agustus 1974, ia menamatkan studinya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 2000. Langkah perdana karir melukisnya ditandai lewat pameran di Art center Denpasar Bali pada 1994 lalu. Secara berkesinambungan, ia kemudian menggelar sejumlah pameran tunggal dan bersama di Yogyakarta, Surakarta, Bali, Magelang, dan Jakarta. Pada 1997, karya-karyanya juga pernah dipamerkan di Shangri-La Hotel di Singapura

 

Made Mustika dianugerahi The Best of Oil Painting oleh ISI Yogyakarta pada 1996. Dalam rentang tahun 1998 hingga 2000, ia menjadi finalis penghargaan Philip Morris Indonesia Art Awards V-VII.

 

 

 

AGUSLIA HIDAYAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

38 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.