Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kolaborasi untuk Tiga Maestro Karawitan  

image-gnews
Festival karawitan Yogyakarta. (TEMPO/Anang Zakaria)
Festival karawitan Yogyakarta. (TEMPO/Anang Zakaria)
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Ahad (19/12) malam lalu, tata cahaya Concert Hall Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta diatur temaram. Berbaris membentuk huruf U, lima puluhan perawit duduk bersimpuh di atas panggung. Di belakang mereka, duduk puluhan penabuh gamelan yang siap mengiringi dengan lantunan gending.

Para penampil di atas panggung itu berasal dari kelompok berbeda. Barisan perawit di sayap kanan panggung, dengan lelaki berbeskap hitam, berasal dari ISI Surakarta. Di sisi kanannya, duduk barisan perawit ISI Yogyakarta. Adapun di sayap kiri, dengan lelaki berbeskap putih, para perawit dari Kelompok Karawitan Cahyo Laras, Klaten.

Pada pukul 20.20 WIB, Gending Iman karya Ki Martopangrawit melantun nyaring di ruang pertunjukan berkapasitas 600 kursi penonton itu. Tembangnya terdengar syahdu. Nada-nada slendro dan pelog khas karawitan berpadu dalam rancak suara gamelan.

Gending Iman menjadi tembang pembuka pertunjukan kolaborasi tiga kelompok perawit dalam Jogjakarta Karawitan Festival 2010. Sekitar lima menit berlalu, tembang yang digubah pada 1979 itu melantun dari atas panggung dalam iringan tiga set perangkat gamelan dengan kualitas yang sama.

Setelah itu, mengalunlah tembang kedua: Gending Wandhali. Komposisi karya Ki Nartosabdo itu seakan menyapa para penonton betapa karawitan tak hanya milik orang-orang Jawa. Wandhali merupakan singkatan dari Jawa, Sunda, dan Bali. Lantunan tembang dan suara gamelan pengiringnya lebih karya warna. Dari Jawa yang kalem dan tenang hingga Bali yang mendayu-dayu.

Dalam penampilan berikutnya, masing-masing kelompok tampil sendiri. Kelompok Cahyo Laras menyuguhkan Suka Syukur karya Ki Nartosabdo, disusul Janji Allah oleh ISI Surakarta, dan diakhiri dengan Basanta karya Ki Tjokro Wasito oleh ISI Yogyakarta. Tiga kelompok perawit menampilkan karya tiga empu karawitan susul-menyusul tanpa jeda. Hasilnya, sebuah rangkaian pertunjukan yang sungguh indah.
Ketua Panitia Festival Siswadi mengatakan festival ini merupakan festival karawitan yang pertama kali digelar ISI Yogyakarta. Awalnya, festival hanya bertujuan memperingati 1.000 hari wafatnya Ki Tjokro Wasito, maestro karawitan asal Yogyakarta. Namun panitia kemudian menggagas sebuah penghormatan dengan menampilkan karya-karya maestro lain: Ki Martopangrawit dan Ki Nartosabdo. "Karya-karya mereka sungguh luar biasa," kata Siswadi. "Bahkan di luar negeri bisa disejajarkan dengan Mozart dan Beethoven."
Menurut Siswadi, semasa hidupnya Ki Tjokro Wasito adalah seorang abdi dalem Keraton Pakualaman Yogyakarta. Meninggal di usia 105 tahun pada 2007, karyanya sarat akan kritik sosial di tengah masyarakat. Lalu Ki Martopangrawit adalah abdi dalem Keraton Surakarta. Karyanya lebih banyak bercerita tentang pendidikan. Adapun Ki Nartosabdo bukan abdi dalem. "Dia abdi masyarakat," ujarnya. "Selain menjadi dalang wayang, dia banyak mencipta gending bertema keindahan alam."

Pengamat seni karawitan Suka Hardjana menilai ketiga tokoh karawitan itu memiliki cara berbeda dalam menyikapi kondisi sosial di sekitar mereka. Karya-karya mereka semua pada dasarnya sarat akan kritik sosial. "Sesuai dengan zamannya, mereka urun rembuk untuk masyarakat," kata Suka.

Mereka, tutur Suka, hidup di era 1960-an dengan kondisi politik yang tak stabil. Kritik yang mereka ungkapkan dalam gending bisa saja menjadi bumerang dan mendatangkan bencana. "Ketiganya melakukan kritik sosial. Semua memiliki kepekaan tentang itu," ujarnya.

Pementasan karya ketiga maestro itu dianggap penting untuk menghidupkan kembali ikon sejarah. Karya mereka menjadi tonggak reformasi budaya. "Artinya pembaharuan," Suka menjelaskan.
Sepanjang dua jam, tiga kelompok perawit itu kembali menghidupkan karya ketiga maestro perawit Jawa. Mereka menyuguhkan karawitan sebagai sebuah karya utuh. Sementara biasanya karawitan dipentaskan sebagai pengiring pertunjukan wayang, kini karawitan tegak berdiri sendiri.

Pertunjukan malam itu ditutup dengan gending bertajuk Gotong Royong karya Ki Tjokro Wasito. Seperti namanya, tembang yang berkisah tentang kerja sosial itu menjadi pesan kolaborasi tiga kelompok karawitan. Tembangnya melantun penuh semangat dengan iringan gamelan yang mendayu-dayu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pergelaran Eksperimental

Pertunjukan kolaborasi tiga kelompok karawitan yang berbeda dalam Jogjakarta Karawitan Festival (Jogjakarfes) 2010 di Concert Hall ISI Yogyakarta memang sangat menarik. Kolaborasi ketiga kelompok itu menghasilkan perpaduan apik dengan ragam musik yang penuh warna. Penonton seakan dibawa menikmati karawitan secara utuh, bukan lagi menjadi tembang pengiring dalam pementasan wayang.

Satu per satu tembang karya Ki Tjokro Wasito, Ki Martopangrawit, dan Ki Nartosabdo dilantunkan kelompok perawit dari ISI Yogyakarta; ISI Surakarta; dan Cahyo Laras, Klaten. Selain ada yang bersama, ada yang bergantian sahut-menyahut. Susul-menyusul tanpa jeda. "Ini adalah pagelaran eksperimental," kata Wakil Ketua Festival Bambang Pudjasworo.

Gaya bersahutan yang digunakan dalam pementasan lazim disebut mebarung. Teknik itu diadopsi dari pementasan seni di Bali. Sejumlah kelompok kesenian duduk bersama di atas panggung (on stage) dan bersiap menampilkan pementasan mereka setelah pementasan kelompok lain.

Dalam pementasan di Jogjakarfest malam itu, panitia sengaja menyediakan tiga perangkat gamelan untuk masing-masing kelompok perawit. Layaknya sebuah kompetisi, gamelan dengan kapasitas sama dan kualitas seimbang disediakan agar karya yang dipentaskan sebanding satu sama lain.

Dua jam pementasan berlalu. Karya-karya ketiga maestro karawitan itu sempurna tertampilkan. Tembang yang dilantunkan berpadu dalam riuh rendah suara gamelan. Terdengar begitu kompak. "Ini menciptakan karawitan sebagai musik di negeri sendiri," kata Bambang.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Daftar 10 Tembang Paling Hits dan Enak dari MLTR yang Lusa Tampil di Yogya

4 November 2022

Personil Michael Learns to Rock (MLTR) Kare Wanscher (kanan), Jascha ritcher (tengah), Mikkel Lentz (kiri) saat konser di Palembang Sport and Convention Center, Sumatera Selatan, Jumat, 6 Oktober 2017. ANTARA/Feny Selly
Daftar 10 Tembang Paling Hits dan Enak dari MLTR yang Lusa Tampil di Yogya

Tercatat sudah ada 9 album yang telah dirilis MLTR singkatan Michael Learns To Rock. Simak 10 tembang paling hits MLTR yang enak didengar.


Michael Learns To Rock Gelar Konser Musik di Oktober, Ini Sederet Albumnya

6 Agustus 2022

Michael Learns to Rock, grup musik asal Denmark. Foto: Instagram/@michaellearnstorock
Michael Learns To Rock Gelar Konser Musik di Oktober, Ini Sederet Albumnya

Grup slow rock asal Denmark itu bakal melakukan konser musik di Oktober nanti. Jakarta dan Surabaya.


Konser Musik Dunia: Michael Learns To Rock Bakal Manggung di Indonesia di Oktober

5 Agustus 2022

Personel Michael Learn To Rock (MLTR), Jascha Richter beraksi dalam konsernya di Solo, Jawa Tengah, 11 Februari 2016. TEMPO/Ahmad Rafiq
Konser Musik Dunia: Michael Learns To Rock Bakal Manggung di Indonesia di Oktober

Promotor Color Asia Live, salah satu sponsor konser musik dunia itu, David Ananda mengatakan konser MLTR akan berlangsung di Jakarta dan Surabaya.


Harga Tiket Konser Westlife di Jakarta, Mulai Dijual 28 Mei 2022

24 Mei 2022

Penampilan Westlife saat menghibur penggemarnya dalam acara Borobudur Symphony 2019 di Komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu, 31 Agustus 2019. Boyband legendaris asal Irlandia itu membawakan beberapa lagu terbaiknya seperti
Harga Tiket Konser Westlife di Jakarta, Mulai Dijual 28 Mei 2022

Tiket konser Westlife The Wild Dreams Tour di Jakarta mulai dijual Sabtu, 28 Mei 2022 dengan harga termurah Rp 1,45 juta.


Westlife Gelar Konser di Jakarta 11 Februari 2023, Bakal Ada Kejutan Spesial

24 Mei 2022

Westlife The Wild Dreams Tour 2023. Dok. PK Entertainment / Sound Rhythm.
Westlife Gelar Konser di Jakarta 11 Februari 2023, Bakal Ada Kejutan Spesial

Konser Westlife di Jakarta akan menghadirkan semua lagu-lagu hits mereka yang dikemas dalam pertunjukan spektakuler dan kejutan spesial lainnya.


Billie Eilish Hentikan Konser Demi Selamatkan Penggemar yang Kesulitan Bernapas

8 Februari 2022

Penyanyi Billie Eilish berpose dengan busana serba Chanel saat tampil di karpet merah Piala Oscar ke-92 di Hollywood, Los Angeles, 10 Februari 2020. REUTERS/Mike Blake
Billie Eilish Hentikan Konser Demi Selamatkan Penggemar yang Kesulitan Bernapas

Billie Eilish menghentikan sementara konser di Atlanta setelah melihat penggemar kesulitan bernapas dan meminta bantuan staf untuk memeriksanya.


Konser Offline TWICE Hari Pertama Dibatalkan Akibat Lonjakan Kasus Covid-19

17 Desember 2021

Grup K-Pop TWICE. Foto: Twitter @JYPTWICE.
Konser Offline TWICE Hari Pertama Dibatalkan Akibat Lonjakan Kasus Covid-19

TWICE membatalkan konser offline hari pertama yang digelar pekan depan di Seoul karena lonjakan kasus Covid-19 di Korea Selatan.


#dirumahaja, Tonton Konser One World: Together At Home di Joox

17 April 2020

Billie Eilish berpose saat menghadiri Brit Awards di O2 Arena, London, Inggris, 18 Februari 2020. Penyanyi 18 tahun itu tampil unik mengenakan busana dari koleksi Burberry dari ujung kepala sampai ujung kaki.  REUTERS/Simon Dawson
#dirumahaja, Tonton Konser One World: Together At Home di Joox

Konser virtual yang menampilkan deretan musikus dunia seperti Billie Eilish dan Charlie Puth, disiarkan Joox pada 19 April 2020.


Oh Wonder Bakal Konser di Jakarta

6 Februari 2020

Oh Wonder, duo alternatif-pop dari London, Inggris. (Instagram - @ohwondermusic)
Oh Wonder Bakal Konser di Jakarta

Konser Oh Wonder di Jakarta merupakan bagian dari tur dunia yang dilakukan duo alternatif-pop asal London, Inggris itu tahun ini.


ONE OK ROCK Bakal Manggung di Istora Senayan Jakarta

14 Januari 2020

ONE OK ROCK (www.oneokrock.com)
ONE OK ROCK Bakal Manggung di Istora Senayan Jakarta

Tiket konser grup band rock asal Jepang ONE OK ROCK mulai dijual pada 20 Januari 2020.