TEMPO Interaktif, YOGYAKARTA - Dengan musik hip hop lagu itu dinyanyikan bersautan.
Jogja-Jogja tetap istimewa
Istmewa negerinya, istimewa orangnya
Jogja-Jogja tetap istimewa
Jogja istimewa untuk Indonesia
Bait awal lagu berjudul Jogja Istimewa itu riuh dinyanyikan warga Yogyakarta dalam aksi mendukung penetapan Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubenur di halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DIY, Senin 13 Desember 2010 pekan lalu. Liriknya lugas dan sederhana sehinggga cepat diingat.
Jogja Istimewa diciptakan Marzuki Mohammad, seorang seniman Yogyakarta, 4 bulan lalu. Diproduki Jogja Hip Hop Foundation, sebulan lalu lagu itu diluncurkan dalam album kompilasi. Selain lagu Jogja Istimewa, ada 9 lagu karya seniman lain dalam album itu.
Seperti puluhan lagi lain yang pernah diciptanya, Marzuki tak pernah berniat secara khusus menciptakan lagu itu. Apalagi membayangkan lagu itu akan dinyanyikan ribuan massa dalam aksi itu. "Tapi saya terharu, jika lagu itu diterima warga dan dianggap mewakili warga Jogja," kata Marzuki kepada Tempo.
Dalam versi aslinya, yang dengan mudah diunduh di internet, lagu itu rancak dilantunkan. Dengan musik hip hop lagu itu dinyanyikan bersautan. Suara seruling, gamelan dan genderang terdengar mengiringi baitnya.
Endra Harsaya, atau dikenal sebagai Hendro Plered, yang menjadi koordinator lapangan dalam aksi di depan gedung DPRD Yogyakarta saat itu, mengingat awalnya secara tak sengaja bertemu Marzuki dalam aksi. Hendro, yang sebelumnya telah mengenal Marzuki, langsung memintas seniman itu menyanyikan lagu di atas panggung. "Dan spontan langsung disambut bersama-sama oleh warga Jogja," kata dia.
Saat rapat persiapan aksi sebelumnya, Hendro mengaku sempat terpikir untuk memutar lagu itu dalam aksi. Sepulang dari rapat, dia berencana mengunduh lagu itu di internet dan menyalinnya dalam kepingan CD. Namun niatnya batal karena lupa dan langsung pulang ke rumah. "Tidak jadi bakar (burning) CD," kata dia.
Dia mengaku mengetahui dan hafal bait lagu Jogja Istimewa sejak lagu itu naik ke dapur rekaman. Bahkan, saat itu, melalui sebuah radio komunitas yang didirikannya, lagu itu mengudara tiap setengah jam sekali.
Holopis Kuntul Baris, seperti bait kalimat reff dalam lagu itu. Jogja memang istimewa. Tak hanya negerinya, tapi juga orang-orangnya."Sejak lagu itu naik (mengudara), langsung banyak yang request," kata dia.
ANANG ZAKARIA