Penggiat musik Barat di seluruh dunia tengah merayakan 200 tahun kelahiran Friedrich Chopin saat ini. Tak ketinggalan pula Indonesia. Beberapa pertunjukan yang menghadirkan karya-karya komponis asal Polandia ini digelar.
Rangkaian pertunjukan itu dikemas dalam Shop in Chopin. Perhelatan yang digagas oleh Dewan Kesenian Jakarta ini menghadirkan konsep layaknya toko. Tiap-tiap penikmat musik bisa memilih berbagai macam produk pergelaran, dari konser karya Chopin hingga diskusi atau workshop karya-karya Chopin.
Young Artists Concert-Chamber Music, misalnya. Pertunjukan yang diadakan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Ahad lalu, itu menghadirkan karya-karya Chopin khusus berjenis musik kamar. "Untuk mengenalkan kepada publik, karya Chopin tak hanya piano, tapi ada juga jenis musik chamber seperti ini. Meski tetap ada unsur pianonya," ujar Aisha Sudiarso Pletscher, anggota Komite Musik Dewan Kesenian.
Tak hanya piano, alat musik gesek dan vokal juga ikut meramaikan. Musik berlirik karya Chopin yang dihadirkan malam itu seperti Der Reitersmann vor der Schlacht Trube Wellen. Lagu ini dinyanyikan oleh Fabio Hutagalung, pemilik suara bariton, dan diiringi oleh pianis Gita Bayuratri. Lagu ini berkisah tentang seorang prajurit yang terpanggil menjalankan tugasnya membela negara. Perpisahan dengan keluarga tak terhindarkan.
Chopin menciptakan 19 lagu vokal yang kesemuanya berlirik bahasa Polandia. Beberapa melodinya hampir mirip. Ia banyak mengambil pola ritmik mazurka, yaitu ritme lagu tarian rakyat Polandia. Bahkan lirik-liriknya berkisar antara narasi yang dramatik dan cerita-cerita rakyat, baik yang sifatnya melankolik maupun patriotik.
Lagu vokal lainnya adalah La Beaute, yang dinyanyikan oleh soprano Marliana Deasy Hartono dan Margaretha Emilia Paduli secara duet. Liriknya sangat dramatik, berkisah tentang kekaguman atas kecantikan yang luar biasa.
Tak hanya itu, cellist Dwipa Hanggana Pratala dan pianis Fariz Elka Prawira memainkan karya Chopin berjudul Polonaise Brillante in Major Opus 3. Adapun D'Java String Quartet bersama pianis Caecilia Ratna membawakan Piano Concerto No. 1 Opus 11 dalam tiga bagian: Allegro maestoso e risoluto, Romanze, dan Rondo.
Karya Chopin memang sangat identik dengan piano. "Membicarakan karya Chopin di luar piano adalah nothing," kata kritikus dan pengamat musik Suka Hardjana saat memberikan kuliah dalam rangkaian Shop in Chopin. Sang komponis, yang hidup di antara periode musik Beethoven dan Debussy, menghabiskan seluruh energi hidupnya hanya untuk alat musik piano. Karya musik chamber dan vokal diciptakannya sesekali saja.
Boleh dibilang karya Chopin adalah musik puitis. Ia menempatkan piano tak hanya sebagai alat musik pukul bermelodi, tapi menjadikannya sangat lentur. Struktur melodi yang dihasilkan piano ini sarat dengan fantasi. Variabel pedal pada piano betul-betul dimanfaatkan sehingga menimbulkan kesan suara yang ekspresif. Produksi nada piano mampu membaca tanda legato yang biasanya hanya bisa diperankan alat musik gesek atau tiup. "Seperti ini hanya Chopin yang bisa. Bahkan Beethoven tak bisa melakukan ini," ujar Suka.
Selain di Taman Ismail Marzuki, Senin malam lalu karya-karya Chopin dimainkan dalam khazanah jazz di Gedung Kesenian Jakarta. Pergelaran Chopin in Jazz ini dimainkan oleh Shadow Puppets. "Semua lagu bisa dimainkan dalam bentuk jazz. Sebab, pada dasarnya jazz itu bebas improvisasi," ujar Jaya Suprana setelah memberikan kuliah tentang “Chopin dalam Jazz”.
Konser malam itu mengingatkan kita akan Adam Makowicz, yang menggelar garapan serupa di Gedung Kesenian Jakarta, Maret lalu. Pianis Polandia itu menggubah seluruh repertoar Chopin menjadi warna jazz. Mulanya ia memainkannya sesuai dengan partitur. Tak sampai selesai, notasi melodi karya Chopin itu kemudian diekspresikan secara bebas. Ia acak-acak susunan nada itu. Meski notasinya berubah, tema lagu masih jelas terlihat.
Boleh dibilang karya Chopin tak mudah dimainkan. Interval tinggi pada melodi ataupun chord membutuhkan jangkauan jari yang panjang. Meski musik Chopin terdengar lentur, ia membutuhkan entakan jari yang cukup kuat. "Ini kontradiktif," ujar Suka. Betapa karya Chopin sangat ekspresif. Maka banyak pianis sebagai interpreter karya Chopin ini.
ISMI WAHID