Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Boneka Imajinatif Korban Gempa Politik 1965

image-gnews
Pameran Karya Iwan Effendi yang dipamerkan di Galeri Tembi Contemporary Sewon Bantul Yogyakarta.(TEMPO/ANANG ZAKARIA)
Pameran Karya Iwan Effendi yang dipamerkan di Galeri Tembi Contemporary Sewon Bantul Yogyakarta.(TEMPO/ANANG ZAKARIA)
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Berbaju kuning penuh lumuran darah, celananya panjang berwarna cokelat. Baba tampak kurus dengan wajah tirus keriput. Berjalan gontai, dia tinggalkan rumah membawa serta dua anaknya, Moyo dan Tupu. Sebuah balon dibawa serta di tangan. Warnanya merah menyala, cukup kontras dengan suasana rumah yang ditinggalkan. Warna kayunya cokelat dengan tambalan di sana-sini seadanya.

 

Diorama boneka itu dipasang tepat di pintu masuk utama galeri Tembi Contemporary, Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul, Yogyakarta, dalam pembukaan pameran seni visual karya Iwan Effendi, Selasa malam kemarin.

 

Dalam tiap karya yang ditampilkan, Iwan – mantan mahasiswa Institut Seni Indonesia,Yogyakarta, itu – menggabungkan seni lukis dan patung. Hasilnya, sebuah visualisasi tiga dimensi tersaji harmonis. “Jika dalam karya dua dimensi (lukisan), hanya dipelototi orang maksimal 30 detik, maka tiga dimensi bisa lebih,” kata Iwan.

 

Pada pameran tunggalnya yang kedua itu – pameran tunggal pertamanya digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2009 – Iwan memboyong konsep teater boneka berjudul Mwathirika yang sebelumnya dipentaskan di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta, awal Desember lalu. Dalam pementasan bersama Maria Tri Sulistyani, seorang penulis buku anak yang menjadi istrinya, Iwan bertugas sebagai Direktur Artistik.

 

Maka, bagi mereka yang pernah menikmati pementasan teater itu, melihat karya Iwan yang dipamerkan di galeri Tembi hingga 2 Januari 2011 itu seakan mengulang cerita. Karakter tokoh ataupun jalan ceritanya.

 

Bagi Iwan, menghadirkan cerita pementasan dalam ruangan bukan perkara mudah. Dia kembali menyusun ulang tiap adegan dan membingkainya dalam beberapa babak. Semisal diorama kepulangan terakhir Baba yang dipampang untuk menyambut pengunjung galeri. Ceritanya diambil dari Scene 2b dalam pementasan teater Mwathirika. “Saya merepresentasikan ulang cerita itu dalam ruangan,” ujarnya.

 

Namun justru disinilah, tantangan itu ada. Iwan dituntut untuk menghadirkan teater dalam ruang dan waktu yang berhenti tanpa meninggalkan roh cerita. “Konsep (pameran), saya buat barengan dengan pementasan teater, sejak Agustus lalu,” katanya.

 

Mwathirika adalah sebuah kata dari bahasa Swahili, yang berarti korban. Maka pameran Iwan kali ini, juga pentas teater boneka yang ditampilkan sebelumnya, adalah cerita tentang para korban.

 

Terdiri dari tiga tokoh utama, kakak-beradik Moyo dan Tupu serta ayah mereka, Baba. Mereka adalah korban sebuah peristiwa gonjang-ganjing politik di Indonesia tahun 1965. Di luar ketiga tokoh itu, ada juga tokoh lain. Yakni, Haki dan anak perempuannya, Lacuna.

 

Tapi, melalui karya-karyanya itu, Iwan tak hendak bercerita tentang rusuhnya jaman itu. Dia hanya hendak menampilkan sebuah kisah tentang sebuah keluarga yang anggota keluarganya tercerai berai akibat peristiwa itu.

 

Karakter tokoh tampil dalam sosok imajinatif dengan warna-warna cerah. Wajahnya tak menunjukkan karakter wajah etnis apapun. Dan seting lokasinya juga tak digambarkan di lokasi mana pun.

 

Ya, Iwan tak hendak menyinggung siapun dalam karyanya. Tapi justru karyanya itu adalah kumpulan keping-keping kisah hidupnya. “Saat itu, tahun 1965, kakek saya hanya dijemput oleh aparat desa,” ujarnya. “Tetapi sejak itulah kakek tidak pernah kembali lagi selama 13 tahun.”

 

 

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

31 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

38 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.