Waktu bergulir. Dan permainan berbahan kayu itu terus mengisi ruang imajinasinya dalam berkarya. Dalam pameran tunggalnya di galeri Art Seasons, Permata Hijau, Jakarta, Gatot menumpahkan imajinasi masa kecilnya dalam 12 lukisannya. Dalam pameran bertajuk Simple Pleasure itu, Gatot menyuguhkan karya-karya yang cukup sederhana, sehingga orang awam pun mampu mencernanya.
Hingga 20 Desember mendatang, Gatot menampilkan karya lukisnya di atas medium kanvas besar, berkisah tentang kesibukan masyarakat kayu. Gatot seakan menjadi saksi kegiatan mereka yang tak beda dengan manusia sungguhan. Bertindak sebagai orang ketiga, Gatot menggambarkan dengan cukup apik, dari pertarungan catur antara boneka kayu tua dan robot kotak bergaya 1990-an, gadis kayu yang dilukis bak Marlyn Monroe, hingga sepasang pengantin kayu yang baru saja menikah.
Sebagai subyek, boneka kayu digambar dalam dua ukuran, yakni ukuran laiknya manusia biasa dan kurcaci-kurcaci boneka kayu berukuran supermini sebagai printilan yang justru menggugah fantasi. Dalam tiap lukisannya, tak ada obyek yang berdiri sendiri.
Seperti karya bertajuk Wooden Melody, sang pianis kayu berambut kribo masih ditemani kelompok orkestra lengkap dengan seorang konduktor. Pun, saat gitaris kayu memainkan melodi gitarnya, dalam karya Evening Blues, dua kurcaci melengkapinya dengan petikan bass. Anjing kayu sang gitaris pun asik berdialog dengan kura-kura bermata belo. Dan kura-kura itu juga mampir di beberapa lukisan lainnya.
Yang menarik, ternyata boneka kayu juga butuh perawatan kecantikan. Tengoklah lukisan bertajuk Get A Hair Wash. Sesuai dengan judulnya, boneka kayu itu menikmati waktu luangnya dengan cuci rambut dan berendam kaki di sebuah salon sederhana. Tubuhnya terkulai nyaman dengan kedua mata tertutup irisan mentimun.
Boneka-boneka kayu itu pun rupanya tak gagap teknologi. Dalam karya berjudul Chatting Better Than Watch TV, si remaja kayu seolah menjadi sosok paling up date dengan laptop di tangannya, lengkap memakai headset di kepala. Si remaja itu tampak mengabaikan siaran televisi, yang tengah dinikmati anjing dan tiga kurcaci.
Satu karya yang juga sangat menarik adalah Kissing in The Rain. Suasana kota tua bergaya era 80-an menjadi meriah di tengah guyuran hujan. Dua sejoli manusia kayu berukuran besar asyik berciuman di pinggir tikungan. Kali ini, Gatot menyematkan tali-tali penggerak pada keduanya, mencoba menimbulkan kesan harfiah sebuah boneka kayu.
Suasana meriah lainnya juga hadir dalam Just Married. Lukisan ini bergambar arak-arakan pengantin dengan gajah kayu raksasa dan rombongan drum band dan seorang mayoret.
Teknik “lukis kayu” yang disuguhkan perupa peraih penghargaan Indonesia Art Award 2008 ini menggunakan pewarnaan monoton yang berkesan tunggal. Nuansa kayu yang harus dilaluinya dengan sapuan cat berlapis, bagian terang dan gelap, menjadi tantangan Gatot untuk menghasilkan gambar kayu sungguhan. Lewat dua medium berbeda, antara lukis kanvas dengan teknik pembuatan patung, Gatot menyempurnakannya sebagai sebuah lukisan kayu bernuansa tiga dimensi.
Di dunia seni rupa, boleh dibilang Gatot telah berjalan cukup jauh. Sejumlah karya perupa yang mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu sempat dipamerkan di Cina, Korea, dan Singapura. Bersama Srisasanti Galeri, Gatot juga pernah ikut berpameran di Shanghai Exibition Center Cina pada 2009.
AGUSLIA HIDAYAH