Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Sebuah Taman di Bulan Desember

image-gnews
Sendiko Dawuh Karya Peter Gentur. (TEMPO/Anang Zakaria)
Sendiko Dawuh Karya Peter Gentur. (TEMPO/Anang Zakaria)
Iklan
TEMPO InteraktifYogyakarta - Apa jadinya jika bemacam-macam karya lukis ditampilkan dalam satu masa yang sama. Tentu saja akan hadir aneka warna cerita. Dan, yang terpenting, semua itu akan membentuk satu kisah yang utuh.

 

December Park, adalah sebuah taman. Laiknya taman dengan banyak bunga, maka tema pameran itu adalah sebuah kolaborasi tiga perupa, yakni Allatief, Peter Gentur dan Kuat. Bersama-sama, mereka pamerkan lukisan di Galeri Biasa Yogyakarta, sepanjang 4-14 Desember ini.

 

“Mereka mencoba menyuguhkan taman seni dengan drawing, lukisan dan instalasi,” kata Yaksa Agus, seorang seniman, menyambut pameran itu.

 

Lukisan karya Allatif hampir tanpa obyek manusia di dalamnya. Kidung Rindu Sang Altar, misalnya, dibuat di atas kanvas berukuran 140 X 120 sentimeter, lukisan itu menggambarkan sebongkah batu menhir dengan ranting kayu di sekitarnya. Ya, sebuah pemandangan yang sunyi. Apalagi warna yang ditampilkan dalam lukisan itu didominasi monokrom kecoklatan. Itu kian memperkuat bayangan tak ada kehidupan di sana.

 

Cerita yang sama juga ditemui di karyanya yang lain, Firdaus Express. Dilukis di atas kanvas berukuran 140 X 100 sentimeter, hanya ada sebuah obyek dalam lukisan itu, yakni sapuan cat membentuk vertikal yang menyerupai sebatang pohon. Lagi-lagi tak terasa nadi kehidupan di dalamnya.

 

Seakan melengkapi cerita sunyi dalam lukisan-lukisan karya Allatief, “Kehidupan” justru hadir dalam lukisan karya Peter Gentur. Dalam pameran itu, dia menampilkan lukisan potret diri manusia dalam berbagai ekspresi. Dalam tiap karyanya, Gentur sekaligus cukup kental menyajikan kegelisahan dan harapan yang akrab dijalani manusia.

 

Sendiko Dawuh, misalnya, bercerita tentang seorang perempuan tua yang duduk bersimpuh –seakan menanti perintah. Lukisan itu berukuran 69 X 93 sentimeter. Berbeda dengan lukisan Allatief yang menggunakan kanvas dan cat, Gentur justru membuat lukisannya dari coretan pena di atas kertas. Dari perbedaan itulah setidaknya dapat dinikmati keragaman seni lukis dalam pameran itu.

 

Namun, perlu dimaknai bahwa dengan coretan yang terkesan tak beraturan itulah, “kehidupan” dihadirkan. Satu persatu, wajah-wajah manusia terlukis dari karya Gentur. Ada belasan atau puluhan wajah yang dia tampilkan. Dari berbagai ras, usia, hingga jenis kelamin. “Garis-garis ekspresifnya justru menjadi sebuah pembacaan atas setiap orang,” kata Yaksa.

 

Lalu, apa artinya alam dan manusia tanpa aktifitas kerja. Yaksa mengatakan Kuat hadir dengan membawa gambaran kehidupan di sekitar taman. Pesan itu jelas tergambar dalam lukisan Kuat yang menampilkan potret kehidupan sosial.

 

Lihatlah karya Kuat yang berjudul Penuh Harap berukuran 148 X 180 sentimeter yang menampilkan sesosok lelaki memanggul karung di pinggiran kota. Atau, lukisan berjudul Oleh-Oleh Dari Kebun Tetangga yang menggambarkan seorang lelaki lain yang sedang membawa setandan pisang dengan sebilah arit terselip di karet celananya.

 

Lebih dari sekedar menampilkan sebuah aktifitas kehidupan, menurut Yaksa, Kuat ingin menunjukkan keberpihakan dari karyanya. “Taman tak akan hidup tanpa sosok orang-orang kelas bawah,” ujarnya.

 

Kini, lengkaplah potongan cerita “taman di bulan Desember” itu terjalin. Dipersiapkan sejak April-Mei setengah tahun lalu, semestinya ada lebih banyak perupa yang ikut meramaikan kisah di taman. “Namun hingga akhir Oktober hanya tiga seniman itu menyatakan kesediannya,” kata Oppie, yang turut menyiapkan pameran itu.

 

Tak apalah. Setidaknya, tiap karya ketiga perupa itu telah mengundang kita untuk berpetualang menyusuri tiap sudut taman. Apakah kesimpulan ceritanya akan berakhir ceria, kelabu atau bahkan menjadi Desember kelabu. Itu terserah anda.

 

 

ANANG ZAKARIA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

5 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

12 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.