Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Patung-patung Realis Dunadi

image-gnews
Iklan
TEMPO InteraktifYogyakarta - Babi, anjing, gajah, badak, buaya, dan banyak hewan lain berlarian di ruangan itu. Jumlahnya puluhan ekor. Menembus tembok dan merayap di dinding. Bahkan di langit-langitnya, penuh burung-burung beterbangan. Mereka keluar dari satu sarang, mulut manusia yang sedang berteriak.

 

Bukan dalam makna sebenarnya, hewan itu adalah patung yang dipersembahkan perupa Dunadi dalam pameran tunggalnya di Jogja Gallery, Jumat malam kemarin. “Orang berteriak dan keluarlah semua hewan dari mulutnya,” kata Dunadi menjelaskan konsep patung-patung yang dibuatnya.

 

Menurut dia, ada sebuah pesan yang hendak dia ungkapkan dari karya itu. Yakni, sebuah pesan moral untuk kegelisahaan terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat saat ini. “Sedikit-sedikit, orang sekarang mudah sekali terpancing kemarahan,” ujarnya.

 

Jika sudah begitu, maka keluarlah semua umpatan. Semua jenis hewan, seisi hutan mungkin, akan disebut untuk meluapkan kejengkelan.

 

Nyanyian Kegelapan (Singing on the Darkness), demikian tema pameran patung yang diangkat Dunadi. Karya itu merupakan satu rangkaian patung-patung yang membentuk satu kesimpulan. Mempertanyakan kembali keberadaan manusia di tengah hubungannya dengan manusia lain.

 

Berangkat dari ide itulah, Dunadi menilai tak ada lagi etika atau penghormatan dalam aktifitas percakapan antar manusia. Hanya ada kesan sinis dan intimidasi dalam tiap perbincangan mereka. Itu yang dianggap Dunadi sebagai sebuah kegelapan. “(karya) itu gejolak dalam hati selama ini,” katanya.

 

Edhi Sunarso, seniman patung sekaligus pengajar Dunadi semasa menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, menilai mantan mahasiswanya itu memiliki kemampuan menampilkan karya secara simbolik. “Impresif dan ekspresif,” ujarnya.

 

Sebagai seorang seniman, Dunadi telah mengukuhkan diri sebagai pematung realis yang handal lewat karya-karyanya. Meski itu tak terucap secara khusus dalam karya yang dituangkan Dunadi. “Seorang seniman patung,” kata Edhi, “kalau sudah bisa berkarya dalam bentuk realis, dia akan cari bentuk lain.”

 

Bentuk lain yang dimaksud Edhi adalah seperti tertampilkan dalam karya Dunadi itu, figuratif dan ekpresionis.

 

Namun benar adanya ungkapan itu, yang jelas, di luar pesan moral yang disampaikan Dunadi dalam karyanya, orang harus mengakui bahwa patung karyanya begitu nyata terasa. Dia hadirkan patung sesuai wujud aslinya. Bahkan, ukurannya.

 

Tak heran jika Direktur Eksekutif Jogja Gallery KRMT. Indro “Kimpling” Suseso menilai puluhan “hewan” itu memenuhi galeri miliknya. “Berukuran sebesar ruangan galeri,” kata dia menyambut karya Dunadi.

 

Dia sekaligus mengungkapkan kekaguman atas kemahiran sang seniman dalam menata ruang pameran. Hewan-hewan itu benar-benar terkesan berlarian saling susul satu sama lain.

 

Dengan ukuran sesuai aslinya, patung gajah, misalnya, ditampilkan terpotong-potong. Namun rangkaiannya tetap saling berhubungan. Satu bagian, tubuh hingga kepala, ditempel pada satu dinding. Kesannya, seekor gajah baru saja menembus dinding.

 

Sementara di sisi dinding lain, potongan patung gajah yang hanya terdiri tubuh hingga ekor ditempelkan. Sehingga terkesan gajah itu sedang menembus dinding. Untuk menciptakan kedua gajah sedang berlarian dan saling susul, diantara kedua gajah itu, ditampilkan satu patung gajah lain yang lebih kecil.

 

Seperti idenya yang tak terbatas, bagi Indro, karya Dunadi pun sesungguhnya tak bisa dibatasi dengan ruang.

 

 

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.