"Festival ini untuk mengumpulkan semua potensi kreatif di Bali yang kami anggap menonjol," kata Rudolf Dethu, Koordinator BCF, Kamis (2/11).
Festival ini merupakan bagian dari program 100% Cinta Indonesia, yang menjadi fokus pemerintah, khususnya Departemen Perdagangan, dalam mengkampanyekan apresiasi terhadap produk dan kreasi anak bangsa.
Perayaan tersebut diselenggarakan dalam tiga kategori utama, yaitu Pameran Kreatif, Pertunjukan Kreatif, dan Forum Kreatif. Pameran kreatif meliputi eksibisi inspirasional, industri kreatif, pameran, dan pemutaran film. Kategori ini menampilkan produk dan karya kreatif terbaru yang memiliki nilai ekonomi, inovasi dan fungsi.
Komunitas yang terlibat dalam pameran kreatif ini, antara lain, adalah Denpasar Photographers Community, Komunitas Lingkar & Eka Rock (SID), Asosiasi Desain Grafis Indonesia (Adgi), komunitas kartun, pameran poster World Silent Day, Bali Export Development Organization, dan koalisi seniman visual.
Pertunjukan Kreatif meliputi hiburan, pentas kreatif, dan demo. Kategori ini menampilkan kreativitas terbaru di bidang musik, seni pertunjukan, seni kolaborasi, peragaan busana dan lainnya. Sejumlah musisi papan atas Bali, seperti Ayu Laksmi, Balawan, Navicula, The Hydrant, Nymphea, Lolot, dan Nanoe Biroe, maupun barisan pemuda berbakat dari OneDollarForMusic akan tampil di Ardha Candra secara bergiliran selama tiga malam.
Adapun Forum Kreatif meliputi seminar, presentasi, dan lokakarya. Beberapa narasumber dari dalam dan luar negeri akan tampil membawakan topik-topik mutakhir yang menjadi tren di dunia kreatif. Dalam forum ini akan ada perbincangan dan bengkel kerja, misalnya tentang blog dan jejaring sosial oleh Bali Blogger Community (BBC) dan wirausaha kreatif oleh Popo Danes serta desain sosial oleh Iwan Esjepe dan Enrico Halim. Singgih Kartono dan Paola Cannucciari akan berbagi dalam bincang-bincang mengenai kreasi hijau dan berkesinambungan.
Menurut Dethu, BCF bukan sekadar perayaan kreativitas tapi juga simbol kreativitas di Bali yang menyatukan kehidupan dinamis dua dunia, yakni masa lalu yang dicirikan dengan tradisi dan kehidupan modern yang penuh dinamika. Menurutnya, industri kreatif di Bali sebetulnya sudah ada dari dulu. Industri ini menghidupi Bali selain pariwisata. Industri kreatif juga berkembang. Karena itu, salah satu tujuan besar kegiatan ini adalah menjadikan Bali sebagai daerah tujuan kreatif, tak semata pariwisata.
"Wisata itu rentan. Ada sedikit masalah akan langsung goyah. Jika selamanya Bali berpijak pada pariwisata, Bali sangat rentan. Industri kreatif harus menjadi pilar ekonomi lain di Bali," ujarnya.
Rofiqi Hasan