Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Agenda Seni Hari Ini  

image-gnews
Ine Febriyanti.(TEMPO/Mazmur A. Sembiring)
Ine Febriyanti.(TEMPO/Mazmur A. Sembiring)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta

Pentas Monolog “Surti dan Tiga Sawunggaling”

 

Waktu: 12 & 13 November 2010, Pukul 20.00 WIB

Tempat: Teater Salihara, Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta

 

Naskah: Goenawan Mohamad

Sutradara: Sitok Srengenge

Aktor: Ine Febriyanti

 

HTM Rp 50.000 & Rp 25.000 (Pelajar/Mahasiswa)

 

 

Sudah sekitar tujuh tahun Aktris Ine Febriyanti tidak tampil dalam panggung teater. Kita ingat perempuan ini sebelumnya pernah terlibat pementasan-pementasan yang cukup berbobot. Ia pernah menjadi pemeran utama memainkan karya August Strindberg: Miss Julie (1999), lalu karya Riantiarno, Opera Primadona (2000), dan ikut ambil bagian dalam kolaborasi bersama Teater Rin Ko Gun di Jepang (2001) menampilkan kisah pemburu ikan paus Lamalera: The Whalers of South Sea. Kemudian dalam arahan sutradara Eka D. Sitorus, ia menjadi protaganis utama Ekstremis (2003).

 

Dan kini, setelah lama absen, seorang diri dengan disutradarai Sitok Srengenge ia bakal memainkan Surti, monolog karya Goenawan Mohammad, di Teater Salihara, Jakarta, pada 12-13 November 2010.

 

Karakter tokoh dalam monolog ini berbeda jauh dengan peran-peran yang pernah dilakoni Ine. Dalam naskah-naskah sebelumnya, Ine tampil sebagai sosok seorang perempuan yang keras, binal, bahkan jalang. Kini ia menjadi Surti¯seorang wanita Jawa biasa¯seorang ibu rumah tangga, yang mengisi hari-harinya dengan membatik setelah suaminya, Jen, seorang aktivis pergerakan mati dieksekusi Belanda karena dituduh seorang komunis.

 

Tapi, drama ini bukan drama realis biasa. Bahkan boleh dikatakan drama ini setengah surealis. Tingkat kesulitan monolog ini cukup tinggi karena isinya bergerak antara kenyataan sehari-hari dan imajinasi. Saat membatik dan mengenang detik-detik terakhir suaminya, Surti melihat tiga burung Sawunggaling yang digambarnya hidup dan terbang keluar dari kain batikannya. Dan menjelang dini hari, ketiga burung itu kembali masuk ke kain mori.

 

Dramaturgi monolog ini tak menyajikan konflik secara konvensional. Konflik terjadi saat bagaimana Surti berdialog, menerima informasi dari burung-burung imajinasinya itu setelah terbang malam. Dari mereka Surti mendapat cerita-cerita yang mendebarkan batinnya. Burung-burung itu ternyata menguntit suaminya sebelum sang suami mati, burung itu menyaksikan bagaimana anak buah suami Surti atas perintah Jen, sang suami menyerbu sebuah bivak Belanda, namun tiga di antaranya tewas. Salah satu burung itu juga melaporkan bahwa sang suami memiliki kekasih gelap, seorang pejuang, yang jauh lebih muda.

 

Tantangan Sitok Srengenge adalah bagaimana menghidupkan naskah yang berlapis-lapis ini. Bagaimana ia mampu menjadikan Ine Febriyanti memerankan lebih kurang 10 karakter yang berbeda. Pertama sebagai Surti sendiri, kemudian tiga karakter burung: Cawir, Anjani, dan Baira. Karakter kekasih gelap Jen. Lalu juga karaker laki-laki, antara lain, Zen, dan tokoh-tokoh lain yang semuanya berada dalam dunia antah berantah.

 

Ine harus mampu menampilkan lapis-lapis cerita ini secara mengalir. Maka dari itu, teknik cerita dan penghayatan Ine harus bagus. Salah penanganan penyutradaraan, Surti akan terlihat lebih sebagai seorang perempuan yang tak waras. Padahal bukan itu yang dimaksudkan naskah. Naskah ini ingin berkisah mengenai dunia batin perempuan Jawa yang terluka.

 

Selama sebulan lebih Sitok bersama asisten sutradara Seno Joko Suyono menggembleng Ine Febriyanti. Mereka membedah bagaimana monolog ini sesungguhnya berjalan dengan struktur penuh ulang alik waktu, antara dunia kongkrit dan dunia rekaan. Dalam proses semakin ditemukan bahwa alam khayali Surti dalam naskah Goenawan ini penuh dengan penglihatan akan kematian. Misalnya, saat dalam alam khayalnya Surti menceritakan bagaimana burung bernama Baira bagai Jatayu menabrak tiga ekor Mandar untuk menyelamatkan dirinya. Itu sesungguhnya sebuah tindakan heroik sang burung untuk mencegah agar dalam alam kenyataan Surti tidak ikut dibunuh tentara Belanda.

 

Untuk dramatika pemanggungan, Sitok menambah detail-detail kepada naskah. Tembang yang dilantunkan Surti di atas itu, misalnya, tak ada dalam naskah asli Goenawan. Tembang itu ditambahkan untuk menyajikan bagaimana pada suatu momen saat hendak membatik Surti tiba-tiba dilanda kesunyian yang amat sangat, ketakutan tanpa sebab yang berbaur firasat buruk. Sehingga ia meredam kecemasan dengan menembang.

 

Tambahan utama lain adalah pada unsur tari. Sitok meminta koreografer Hartati untuk membuat koreografi ketiga Sawunggaling itu. Hartati menciptakan gerakan-gerakan burung yang unik dan berbeda untuk Ine. Sitok juga menginginkan cahaya tak sekadar menjadi ilustrasi panggung tapi juga sebagai aktor. Maka penata cahaya Clink Sugiharto – memanfaat tiga warna Sawunggaling itu merah kembang sepatu, biru laut selatan, warna ungu – menjadi unsur-unsur cahaya yang dalam adegan bisa menjadi penanda dialog.

 

Bunyi-bunyian dan suara yang ditata komposer Jeffar Lumban Gaol juga diarahkan lebih alegoris. Suara ketiga Sawunggaling itu misalnya. Sawunggaling sesungguhnya makhluk mitologis yang tak ada referensinya. Maka dari itu Sitok meminta kepada Jeffar agar suara burung yang muncul adalah suara burung asosiatif bukan burung tertentu seperti Burung Gagak atau Burung hantu. “Ini suara burung entah,” kata Sitok.

 

Instrumen utama yang digunakan Jeffar adalah rebab. Tapi, alat musik gesek ini juga diperlakukan tidak biasa. Kita akan mendengar rebab ini digesek –bagai sebuah sayatan yang panjang tanpa putus makin tinggi makin mengiris muram. Sebuah bunyi yang berupaya menyelami dunia dalam¯seorang perempuan yang merasakan kepedihan pembunuhan.

 

Tantangan yang lain adalah setting panggung. Sitok menginginkan panggung yang minimalis, tapi mampu mewakili dunia mistis, dunia gaib Surti. Maka Sitok memilih lantai, kursi semua berwarna serbaputih. Putih menurutnya mewakili ketakterbatasan imaji. Kedua, dengan bantuan arsitek Avianti Arman ia menginginkan latar panggung berupa cermin. Dalam naskah Goenawan, Sawunggaling adalah makhluk cermin. Segala wajah, kata-kata burung itu akan dipantulkan kembali. Dengan backdop berupa cermin ini, maka kita bisa melihat segala gerak-gerik Ine Febriyanti yang menjadi Surti seolah dipantulkan .

 

Setting juga menghadirkan keranda. Penonton bisa melihat ada keranda putih yang sepanjang pertunjukan seolah tergantung. Pada klimaks – setelah Surti bercerita panjang lebar tentang kematian suaminya ¯dan agar menghalau tragedi lain yang bakal terjadi, ia harus menuntaskan membatik, memperbaiki sayap-sayap burungnya yang cacat, penonton akan melihat seorang laki-laki telanjang melintas di bawah keranda.

 

Seluruh tubuh laki-laki itu putih. Apakah itu arwah Jen? Silahkan Anda menonton.

 

 

 

Pameran Nyoman Sujana dan Soegiono "Mind Scape"

 

Waktu: 11 – 18 November 2010

Tempat: Gedung B, Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta

 

Kurator : Eddy Soetriyono

 

 

 

 

11.11 From Duality to Oneness : Diddi Agephe + Andy Ayunir

 

Waktu: 11 November 2010

Tempat: Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, Jakarta

 

 

Dua tokoh terdepan dan aikon musik elektronik Indonesia Didi Agephe dan Andy Ayunir menyatu memainkan beberapa komposisi mereka yang berkaitan dengan frekuensi, vibrasi, resonansi dan kesadaran semesta. Duet Diddi & Andy akan menghantarkan komposisi musik melalui media elekronik, selain tentunya juga peralatan standar seperti softsynth, digital sampler, workstation, dan synthesizer itu sendiri. Sesuai dengan temanya, yang mengajak penonton memahami ruang semesta sambil berkontemplasi, pergelaran musik ini digelar di Planetarium, Jakarta, sehingga sayang untuk dilewatkan!

 

Repertoires :

• Big Bang 14,000,000,000 BC - Universe Created

• Outer and Inner Journey - Knowing Yourself in the Universe

• The Dark Age of the Universe

• The Ambassador of Light – Awakening

• The Hadean Era

• Heavy Meteoric Bombardment - Cosmic Rain

• 2,500,000,000 - 543,000,000 BC - The Proterozoic Phase of the Precambrian Eon

• 245,000,000-210,000,000 BC - The Triassic Period of the Mesozoic Era

• Message from Pleiadian

• 11:11 to the Cosmic Consciousness

 

TEMPAT TERBATAS.

Harga tiket : Rp. 100.000,-

Atau dapatkan tiket spesial Rp. 125.000,- sudah termasuk buku best-seller “The Power of Sound” + CD!

 

Pemesanan tiket / informasi lebih lanjut hubungi : 0818-720830 / 0816-1351122

Pemesanan tiket melalui : 021-97959286 (SMS) / 021-60306373 (Telp / SMS) format: Nama Pemesan / Harga / Jumlah pesanan

 

 

Konser musik “Accoustic Jazz: The Maurino Taufic Duo”

 

Waktu: 11 November 2010

Tempat: Lembaga Indonesia Prancis, Jalan Sagan, Yogyakarta

 

Tiket gratis diambil di Lembaga Indonesia Prancis, Yogyakarta, mulai 4 November 2010 (tiket terbatas)

 

 

 

 

Pameran Sketsa “Soerabaia 1945: Exhibition of Sketches and Caricatures by Australian Artist Tony Rafty”

 

Waktu: 10 – 20 November 2010

Tempat: Galeri AJBS, Jalan Taman Ratna 14, Surabaya, Jawa Timur

 

Kedutaan Besar Australia turut merayakan Hari Pahlawan dengan mempersembahkan pameran sketsa, surat dan karikatur penting berjudul “Soerabaia 1945: Exhibition of Sketches and Caricatures by Australian Artist Tony Rafty”. Pameran itu dibuka oleh Rafty sendiri pada Rabu (10/11) di Galeri ABJS, Surabaya, Jawa Timur, dan berlangsung hingga 20 November mendatang.

 

Koleksi Rafty itu mengungkap pengamatannya tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan peran pendukung yang dimainkan oleh Australia dalam membantu perjuangan tersebut. Kebanyakan sketsanya dibuat selama ia tinggal di Indonesia pada 1945, ketika bekerja untuk harian The Sun, Sydney. Ia menjadi saksi mata sejumlah peristiwa bersejarah, termasuk Pertempuran Surabaya-- pertempuran yang membantu memobilisasi dukungan Indonesia dan internasional untuk kemerdekaan Indonesia--yang sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

 

Surat-surat Rafty, yang ditulis pada waktu itu, mengungkapkan simpatinya terhadap perjuangan Indonesia dan rasa hormatnya kepada sahabat dan pemimpin yang sedang muncul pada waktu itu: Presiden Soekarno. Ia juga berteman dengan sejumlah tokoh penting Indonesia, termasuk sesama seniman, seperti Basuki Abdullah dan Affandi, yang banyak di antara mereka tercermin dalam koleksi ini. Selama Perang Dunia Kedua, Rafty menjadi seniman perang resmi untuk Angkatan Bersenjata Kekaisaran Australia di Papua Nugini, Kalimantan, dan Singapura.

 

Selama perjalanan karir Rafty, karyanya itu telah dipamerkan di seluruh dunia dan lebih dari 15 ribu karikatur telah diterbitkan di surat kabar dan majalah besar. Pada 1990 Rafty menerima penghargaan Order of Australia Medal atas jasa-jasanya kepada media.

 

"Saya gembira menyambut kembali kedatangan salah satu kartunis dan karikaturis ternama Australia ke Indonesia, negara yang sangat ia sayangi. Melalui karyanya, warga Indonesia dan Australia bisa belajar tentang hubungan antarwarga yang kukuh antara kedua negara kita dan bagaimana hal ini memainkan peran yang signifikan selama perang kemerdekaan Indonesia," ujar Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia, Paul Robilliard, dalam pernyataan persnya.

 

Sebagai bagian dari pameran ini, Kedutaan Besar Australia juga akan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain di Jakarta dan Surabaya dengan para seniman Indonesia, mahasiswa, pelajar sekolah kembar BRIDGE dan alumni Australia.

 

Pameran dan kunjungan Rafty ke Indonesia disponsori oleh Kedutaan Besar Australia dalam kolaborasi dengan harian Jawa Pos dan Garuda Indonesia. Banyak koleksi Indonesia dari masa 1945 karya Rafty yang masih tersimpan di Perpustakaan Nasional Australia di Canberra.

 

 

 

Konser Gadjah Mada Chamber Orchestra : A Journey from Classic to Modern

 

Waktu: 14 November 2010, Pk. 19.00 - 22.00 Wib

Tempat: Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri Universitas Gadjah Mada (Gedung Purna Budaya UGM), Bulaksumur, Yogyakarta

 

Bintang Tamu: Singgih Sanjaya (konduktor tamu), Anggito Abimanyu (solois flute)

 

Sebuah Konser yang mempersembahkan repertoar-repertoar dari zaman klasik hingga modern, seperti La Primafera (Spring) by A.Vivaldi, Nessun Dorma (Turandot) by Giacomo Puccini, August's Rhapsody from OST August Rush, Cloud Smile from OST Final Fantasy VII, Tanah Jawi, Jali-Jali

dan repertoar lainnya.

 

Tiket: Rp. 15.000

Pemesanan: Pandu (085743552259), Nessya (085735036637)

 

 

Pameran Tunggal Teguh Ostenrik "Sarong, Identity?"

 

Waktu: 6-20 November 2010 Pukul 10.00-22.00 WIB

Tempat: Exhibition Hall Jakarta Art District, Lower Ground East Mall, Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta

 

Kurator: Jean Couteau

 

Pameran ini menyajikan karya dua dan tiga dimensi, yaitu sembilan lukisan dan dua belas patung life size yang masing-masing bertautan secara keseluruhan merujuk pada tema utama yang mencoba mengkritik kehidupan sosial dan pola beragama di Indonesia.

 

 

Pameran Bersama "Silent Victim"

 

Waktu: 05-28 November 2010

Tempat: Bale Tonggoh, Selasar Sunaryo Art Space, Bukit Pakar Timur No.100, Bandung, Jawa Barat

Kurator: Syarifuddin

 

Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space menghadirkan lima orang perupa yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Mereka adalah Bambang B.P., Dhudung, Isa Ansory, Jonny Ramlan dan Keo Budi Harijanto. Tema Silent Victim pada pameran ini membingkai persoalan korban yang terbisukan. Tema ini sengaja tidak dibingkai secara spesifik atau ketat pada satu korban di wilayah tertentu, semisal wilayah politik. Sehingga diperoleh perspektif yang beragam mulai dari soal sejarah, rumah tangga, pembunuhan yang seperti rutin membayang di pelbagai media serta tekanan struktur sosial yang menggapai ruang psikologis.

 

 

Pesta Seni Multidimensi Bulungan (Seni Rupa, Tari, dan Teater)

 

Waktu: 5-12 November 2010

Tempat: Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan

 

 

Pameran Tunggal Abas Alibasyah "Gema Waktu"

 

Waktu: 4-14 November 2010

Tempat: Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta

Pameran buka setiap hari, dari pukul 09.00-19.00 WIB

 

Pameran ini juga disertai peluncuran buku Gema Waktu - Lukisan-lukisan Abas disusun oleh Agus Dermawan T.

 

 

Pameran Seni Visual "Novemberan" DKV UK PETRA

 

Waktu: 4-28 November 2010

Tempat: Galeri Seni House of Sampoerna, Surabaya, Jawa Timur

Kurator: Agus Koecink

Produser: Obed Bima Wicandra & Anang Tri Wahyudi

 

Peristiwa yang sangat heroik pada 10 Nopember 1945 di Surabaya, telah tercatat dalam sejarah bangsa ini sedemikian melekatnya sehingga menjadi tidak wajar ketika Indonesia, apalagi masyarakat Surabaya lupa bahwa sejengkal tanah yang dipijak adalah tanah bersejarah yang berdarah-darah. Setelah sekian lamanya peristiwa itu tercatat dalam literatur yang menjadi tugas dari penghuni Surabaya adalah bagaimana mereka mengingatnya dan menjadi refleksi dalam kehidupan kota.

 

Para seniman: Anang Tri Wahyudi, Aristarchus Pranayama, Anvin Kurniawan, Arghubi Rachmadia, Asthararianty, Benny Wicaksono, Bertono Adi, Bing Bedjo Tanudjaja, Budi Prasetyadi, Celcea Tiffany, Nani Designani, Dhany Wijaya, Emka Satya Poetra, Erandaru, Ivan "Skinhead", Komunitas Tiada Ruang, Luri Renaningtyas, Maria Nala Damayanti, Martien Ardiyanto, Miki Rasta, Novi Irawan, Ang Siau Fang & Merry Sylvia, Obed Bima Wicandra, Victor

 

 

Pameran "Poisonous Mollusk with a Single Spiral Shell into which the Whole Body can be Withdrawn"

 

Waktu: 30 Oktober-13 November 2010

Tempat: Edwin's Gallery, Kemang Raya No.21, Jakarta Selatan

 

Dalam pameran yang dikurasi Agung Hujatnikajennong ini, dua seniman, Cinanti Astria Johansjah dan Endira Fitriasti Julianda, menampilkan kenangan, ingatan dan obsesinya di atas kanvas tentang dunia hewan dengan bantuan atau teknik digital.

 

 

Pameran Tunggal Dodit Artawan "Sneakerhead Painting: Double Fetishism"

 

Waktu: 6-12 November 2010

Tempat: SIGIarts, Jalan Mahakam I No. 11, Blok M, Jakarta Selatan

Kurator: Asmudjo J. Irianto

 

 

Pameran Seni Rupa "Passage to the Future: Art From New Generation in Japan"

 

Waktu : 28 Oktober - 16 November 2010, Senin-Sabtu pukul 11:00-20:00 WIB, Minggu pukul 11.00-18.00 WIB (Hari libur nasional tutup).

Tempat: Galeri Salihara, Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

 

Pameran ini berfokus pada karya seni yang muncul di Jepang pada awal abad ke-21. Pada tahun 1990-an terlihat perubahan besar dalam tatanan ekonomi dan politik dunia, dan banyak orang meresponnya dengan berpaling dari isu-isu besar dan berkonsentrasi pada bagian hidup yang lebih kecil dan lebih intim. Dalam seni kontemporer di seluruh dunia pun tampak kecenderungan para seniman untuk menaruh perhatian pada kehidupan sehari-hari dan berfokus pada ekspresi perasaan dan persepsi personal.

 

Pameran ini menampilkan lukisan, patung, instalasi, foto, dan video karya sebelas seniman Jepang yang merupakan tanggapan serupa terhadap kondisi dunia saat ini. Soal-soal yang mereka angkat berasal dari lingkungan sekitar dan karya yang mereka hasilkan sangat mencerminkan realitas pribadi seniman. Karya mereka memiliki efek visual yang kaya dan menunjukkan ketertarikan yang kuat pada proses pembuatan artefak.

 

 

Pameran Matahati Jogja oleh Kelompok Matahati

 

Waktu: 1 - 20 November 2010

Tempat: Sangkring Art Space, Nitiprayan, Rt 1/20 No. 88 Ngestiharjo Kasihan, Bantul, Yogyakarta

 

 

Mois de la Photo 2010: "Elements" Exhibitions

 

Waktu: 2 - 19 November 2010

Tempat: LIP/CCF Yogyakarta, Jalan Sagan No. 3, Yogyakarta

 

 

Akademi Samali Versus Fight for Rice

 

Waktu: 26 Oktober-26 November 2010

Tempat: Fight For Rice Store, Jalan Parangtritis No. 26, Yogyakarta

 

Akademi Samali bekerja sama dengan FFR (Fight For Rice) & Lanting studio, Penerbit Cendana Art Media, Indinesian Art Archive serta Penerbit Gajah Jambon, mengadakan acara di Yogyakarta:

 

Workshop Komik Bersama Akademi Samali (untuk pelajar)

 

Pameran Komik Normal (Akademi Samali) | 26 Oktober-26 November 2010 | 10.00-21.00 wib | FFR Store | Jl. Parangtritis no. 26 Yogyakarta | Buka Selasa-Minggu. Hari Senin Tutup.

 

Informasi Errie: 0816 18 31 384 Ratna: 0817 277 7679 E: daging.tumbuh@gmail.com | http://dgtmb.blogspot.com/

 

 

Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara "Harmoni Nusantara"

 

Waktu: 12 Oktober - 12 November 2010

Tempat: Museum Nasional, Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.