Salah satu acara yang benar-benar batal adalah Indonesia Dramatic Reading Festival yang digelar di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta. Acara ini harusnya berlangsung 3-5 November 2010. Acara hari pertama dan kedua, 3 dan 4 November 2010, sudah berjalan mulus. Namun, acara hari terakhir, 5 November 2010, terpaksa ditunda hingga batas waktu tak tertentu. Gara-garanya, Merapi meletus hebat pada 4 November malam.
“Tanggal 5 November kota Yogya sudah jadi tempat pengungsian setelah Merapi meletus hebat pada malam harinya. GOR Universitas Negeri Yogyakarta dan Gelanggang Mahasiswa UGM sudah menjadi tempat pengungsian. Kedua tempat itu dekat dengan LIP. Tidak ada pilihan lain kecuali menunda acara hari terakhir IDRF,” papar Lusi, pimpinan produksi IDRF kepada Tempo, Rabu (10/11).
Menurut Lusi, hari terakhir IDRF sedianya akan ditampilkan pembacaan dua naskah drama masing-masing “Senja dengan Dua Kelelawar” oleh teater Gandrik dan “Sari Jeli Almond” dari teater Garasi. Lalu, pada sore harinya, sedianya akan berlangsung peluncuran buku “Antologi Drama Indonesia” yang diterbitkan Yayasan Lontar. Buku ini berisi kumpulan naskah drama antara tahun 1895 hingga tahun 2000 yang diterbitkan dalam empat jilid.
“Pada peluncuran buku antologi tersebut, aka nada dua pembicara yakni Aprinus Salam dari UGM dan John McGlynn, editor Antologi Drama Indonesia. Namun karena Merapi meletus, acaranya dibatalkan,” jelas Lusi.
Sementara itu, acara pameran kelompok Troma Rama asal Bandung yang sedianya bakal digelar di Tembi Contemporary, Bantul, 23 November hingga 12 Desember 2010, terancam batal. Pameran ini akan menyuguhkan video instalasi hasil karya tiga seniman anggota Troma Rama.
“Kami masih menunggu situasi hingga tanggal 15 November nanti. Jika aktivitas Merapi masih tetap tinggi, pameran itu akan ditunda pada Januari tahun depan,” kata Eli, manajer Tembi Contemporary Gallery.
Saat ini di Tembi Contemporary Gallery masih berlangsung pameran tunggal “History on Canvas” karya Seno Andrianto. Pameran yang dibuka tanggal 19 Oktober lalu itu akan berakhir pada 20 November nanti.
Sedangkan pameran yang digelar di Kedai Kebun Forum, terpaksa harus berlangsung meski melenceng dari konsep awal. Pameran bertajuk “It’s Time to Sleep” yang berlangsung 6-30 November 2010 ini harusnya menghadirkan komik karya perupa Sadat Laope. Meski sudah dikontak sejak dua tahun sebelumnya, perupa Sadat Laope ternyata tidak menyiapkan karya yang sudah disepakati.
“Karena jadwalnya sudah disusun, pameran harus tetap berlangsung, meski akhirnya hanya memamerkan beberapa karya lawas Sadat,” kata Agung Kurniawan, Direktur Artistik Kedai Kebun Forum.
Karya Sadat Laope yang dipajang di ruang pamer adalah beberapa frame seni grafis dengan teknik cukil kayu. Agar tidak terkesan kosong, Agung merelakan dua sisi tembok ruang pamer menjadi ajang corat-coret pengunjung.
HERU CN