TEMPO Interaktif, Jakarta - Dibanding album pertama yang pembuatannya memakan waktu hingga dua tahun, album kedua, Look What We’ve Found, relatif lebih cepat, hanya delapan bulan. Menurut Endah, boleh jadi karena penggarapan album tersebut dilakukan setelah pernikahannya dengan Rhesa pada Desember tahun lalu. Dulu, latihan dilakukan di rumah masing-masing. “Kalau mau ketemu, harus janjian dulu. Sekarang, komunikasi lancar,” kata Endah.
Pembuatan lagu akhirnya tak hanya dilakukan di studio, tapi juga di ranjang. Kadang ide improvisasi muncul menjelang tidur. Perempuan yang hobi menggunakan gitar Cole Clark--lebih besar daripada ukuran tubuhnya--ini mengaku sampai membawa gitar ke tempat tidur saat ide muncul.
Rhesa pun mengakui ranjang mereka menjadi tempat diskusi ide. “Biasanya ranjang menjadi tempat refleksi lagu yang sedang kami garap,” ujarnya.
Kekompakan suami-istri ini bukan hanya soal ide di ranjang, melainkan juga saat tampil di panggung. Dalam sejumlah festival, seperti Bekasi Jazz Festival atau festival blues yang baru-baru ini digelar di Istora Senayan, Jakarta, aksi panggung keduanya benar-benar membikin heboh para penggemar.
Dalam satu lagu, Rhesa memposisikan badannya di belakang Endah. Tangan Rhesa memainkan senar bas di gitar Endah, sedangkan istrinya itu memainkan senar yang tersisa. Bahkan, di Bekasi, keduanya sampai tiduran di panggung sambil memainkan alat musik masing-masing. Mungkin panggung tak ubahnya ranjang bagi mereka.
PRAMONO