Produser Sir Peter Jackson yakin studio besar itu berencana untuk memindahkan film itu ke negara lain karena konflik industrial atas syarat-syarat para aktor, tapi Key berharap masalah itu dapat dipecahkan.
"Keprihatinan saya adalah jika Warner Brothers menimbang Selandia Baru bukan tempat yang bagus untuk membuat film, maka ada risiko perusahaan produksi film besar lain juga akan menganggapnya demikian," kata Key kepada NZPA, Kamis (21/10).
"Warner Brothers sudah berinvestasi US$ 100 juta dalam film-film The Hobbit, jadi mereka punya pandangan, sekurang-kurangnya secara historis, bahwa Selandia Baru adalah tempat yang bagus untuk membuat film dan hanya tindakan serikat pekerja yang mendorong mereka untuk mulai menengok lokasi lain," katanya.
Kericuhan ini berpangkal dari tuntutan Actors' Equity, serikat pekerja film Selandia Baru, agar Jackson merundingkan standar upah minimum aktor. Tapi, Jackson menolaknya dan menyatakan, hal itu akan menjadi preseden industrial yang tak dapat diterima. Serikat-serikat pekerja di negara-negara berbahasa Inggris menyerukan pemboikotan terhadap pembuatan film itu sebagai dukungan terhadap Equity. Tapi, sekitar 1500 pekerja Selandia Baru malah berunjuk rasa untuk memprotes pemboikotan itu dan menyerukan penyelamatan The Hobbit.
Akhirnya Equity mencabut seruan boikotnya dan kini juga mencoba menyelamatkan film itu. Presidennya, Jennifer Ward-Lealand, mengatakan bahwa serikat akan memberi "kepastian mutlak" bahwa masalah industrial tak akan lagi menjadi batu sandungan. Pengelola masalah industrialnya, Frances Walsh, juga menegaskan bahwa tak akan ada aksi industrial selama pembuatan film itu.
Iwank | NZPA