Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Prajurit Perempuan Jawa  

image-gnews
Penari sedang berlatih sendratari Matah Hati. (TEMPO/Andry Prasetyo)
Penari sedang berlatih sendratari Matah Hati. (TEMPO/Andry Prasetyo)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - p { margin-bottom: 0.08in; }Puluhan prajurit wanita terlihat begitu trengginas saat berperang melawan penjajah. Tangan mereka memegang busur panah untuk melawan pedang musuh. Namun, pada saat lain, para prajurit itu tetap menampakkan sifat asli putri Solo yang terkenal lemah lembut.


Adegan itu terbangun dalam latihan Sendratari Matah Ati di Aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Surakarta, Jawa Tengah, Kamis pekan lalu. Sendratari itu digarap oleh Atilah Soeryadjaya, salah satu cucu Mangkunegara VII. Belum ada kepastian kapan sendratari itu akan dipentaskan di Indonesia. Yang jelas, karya perdana Atilah itu akan menjadi pembuka dalam Pesta Raya 2010, Malay Festival of Arts, 22 dan 23 Oktober mendatang di Esplanade Theatre, Singapura.


Boleh dibilang, Matah Ati adalah sebuah karya besar. Tidak sekadar tari, pertunjukan itu juga memadukan gerak tubuh, musik gamelan, serta tembang tradisional yang dilantunkan secara merdu oleh para penari. Unsur-unsur yang digunakan terinspirasi dari pertunjukan Langendriyan, gubahan Mangkunegara VI.


Dalam latihan berdurasi 90 menit itu, sebanyak 60 penari membawakan sendratari tersebut dalam 20 adegan, yang terbagi dalam lima babak. Sayang, dalam latihan itu, kostum batik koleksi Iwan Tirta tidak dikenakan. Mereka hanya mengenakan kaus putih yang dipadu dengan celana hitam.


Cerita Matah Ati diangkat dari kisah nyata yang menceritakan perjalanan cinta antara Raden Mas Said dan seorang kembang desa dari Wonogiri yang bernama Rubiyah. Mereka berdua bertemu dalam sebuah pertunjukan di tengah desa. Dalam kisah asmara itu, Rubiyah juga tampil mendampingi Raden Mas Said dalam melawan penjajah, dengan menjadi panglima bagi sebuah pasukan prajurit perempuan.


Raden Mas Said kemudian berhasil menjadi seorang raja dengan gelar Mangkunegara I. Rubiyah pun mendampinginya sebagai istri dengan gelar Raden Ayu Matah Ati, karena terlahir di Desa Matah. Keturunan dari perempuan gagah berani itu nantinya juga menjadi raja-raja di Mangkunegaran.


Cerita kisah cinta dan perjuangan Matah Ati itu bukan isapan jempol. Meski demikian, literatur di perpustakaan mengenai kisah perempuan tersebut sangat minim. Sejarah itu lebih banyak diceritakan melalui lisan. Beberapa gagasan dan ide pun dimasukkan sehingga cerita Matah Ati bisa terangkai secara utuh.


Menurut Atilah, ia sangat tertarik menampilkan cerita tersebut di atas panggung. Selain bercerita tentang leluhur dan asal-muasalnya, Matah Ati membuktikan bahwa kesetaraan gender telah muncul di dalam budaya Jawa di abad ke-18. Selama ini banyak anggapan bahwa tradisi Jawa tidak memiliki perspektif kesetaraan gender karena menempatkan perempuan sebagai kanca wingking, hanya mengurusi keperluan di dalam rumah. Melalui karya tersebut, Atilah ingin mengubah pandangan itu.


Atilah berhasil membawa karya itu tampil di salah satu tempat pertunjukan seni tersibuk di dunia: Esplanade. Perlu waktu hingga tujuh bulan untuk meyakinkan penyelenggara Pesta Raya 2010 bahwa Matah Ati layak tampil sebagai pembuka dalam festival seni Melayu tersebut. "Mereka akhirnya yakin setelah kami menyerahkan rekaman latihan," kata Atilah.


Dalam penggarapannya, Matah Ati akan menggunakan tata panggung serta artistik yang dirancang oleh Jay Subyakto. Dia merancang sebuah panggung kontemporer cukup unik karena dibuat miring 15 derajat. Tujuannya, agar setiap adegan yang terjadi di atas panggung seberat 25 ton itu dapat disaksikan oleh penonton secara utuh. Saat ini, panggung tersebut telah diangkut ke Singapura.


Adapun penggarapan musiknya diserahkan kepada Blacius Subono, dalang sekaligus komponis dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Musik digarap dengan gamelan lengkap, ditambah biola serta trompet.



AHMAD RAFIQ

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Peserta delegasi dari Pekalongan di Asian African Carnival 2018 di Bandung, Jawa Barat, 28 April 2018. Karnaval budaya Asia Afrika bertema Respect Diversity ini diikuti sekitar 4.000 perserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan delegasi asing. TEMPO/Prima Mulia
Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.


Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng (ANTARA News)
Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.


Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Eko Supriyanto foto besama penari yang menarikan tari Balabala saat GR pementasan penutupan SIPFest 2016 di Teater Salihara Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Nurdiansah
Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.


Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Pementasan tari dalam acara Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta, 31 Maret 2017. TEMPO/Frannoto
Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.


Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet membentuk formasi saat membawakan pertunjukkan Balet dengan Tema Si Kabayan di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), 31 Oktober 2015. Pertunjukan Balet yang dimaikan oleh Marlupi Dance Academy (MDA) ini, mengkawinkan antara seni tari balet klasik dan kontemporer Nusantara. TEMPO/Subekti
Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.


Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Sejumlah penari difabel dan non-difabel melakukan latihan jelang pementasan di Galeri Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Juli 2017. Mereka akan membawakan koreografi CandoDance karya Mirjam Gutner dan Tanja Erhart dari grup Candoco Dance Company (Inggris). TEMPO/Subekti
Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.


Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Karya origami
Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.


Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Dua seniman membawakan tarian Bisma Srikandi di Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo, (29/4). Pertunjukan yang digelar selama 24 jam ini untuk memperingati Hari Tani Sedunia. Tempo/Ahmad Rafiq
Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.


Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Poster Pertunjukan tari Arka Suta dari Sanggar Padnecwara. Facebook.com
Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu


Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Penari Eky Dance Company saat tampil dalam gladi resik pementasan kabaret oriental bertajuk
Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.