TEMPO Interaktif, Tak ada kata menyerah dalam kamus hidup Chama Sjahrir. Perancang batik lukis yang menjadi primadona para keluarga kerajaan di Thailand, Brunei, dan Belanda, termasuk keluarga Kepala Pemerintahan Malaysia, Singapura, serta Roma, ini tetap saja menyajikan karya.
Padahal Chama sudah bolak-balik dirawat. Toh, tetap saja dia tak mau diam bergelut dengan aktivitas yang segudang.
"Pantang buat saya duduk manis atau diam begitu saja. Sesakit apa pun saya selalu semangat berkarya," kata Chama, yang menderita penyempitan pembuluh darah di kepala, kanker otak, dan kanker tulang. "Obat sakit saya ya berbuat, berkarya, atau melakukan sesuatu untuk banyak orang," tutur wanita Makassar, 26 Februari 1953, itu dengan mimik serius.
Tahun ini, setelah batik lukis bermotif kupu-kupu dan aneka bunga Indonesia sukses di pasar, Chama berencana membatik dengan pewarnaan natural dan organik. Kemudian ia ditawarkan bekerja sama dengan sebuah rumah mode dunia untuk merancang batik koleksi butik tersebut. Semua masih proses, karena dia ingin kejelasan, apakah tetap bisa berkarya untuk labelnya sendiri dan label lain. | HADRIANI P