"Kita mengambil konsep heritage place. Agar tetap mengesankan zaman dulu," kata Frans membuka obrolan, di Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat, (1/10). Di sampingnya ada Rima Melati.
Sejumlah ruangan dipermak ulang. Dindingnya dicat mengkilap cokelat, sementara sudut-sudutnya ditempeli poster-poster era 1970-an. "Bahkan, di sini, (tempat seperangkat alat musik) mulanya enggak ada atap. Kita tambahi agar tidak terganggu hujan," tambah Rima.
Rima dan Frans menamai bisnis mereka dengan nama Jaya Pub. Terlihat konsep pub mengadopsi gaya bar yang ada di film-film koboi. Ruangan seluas sekitar 40 x 30 dikemas minimalis. "Waktu mendekorasi, kita nyanyi-nyanyi sambil reunian dengan pelanggan-pelanggan lama," tutur Rima.
Bagi Rima, 35 tahun bergelut bisnis ini bukan masa yang singkat. Mereka pernah meraup untung besar menjalani bisnis pub. "Tapi 10 tahun terakhir memang menurun. Mungkin anak-anak muda sekarang lebih memilih tempat yang lebih modern. Tapi, sampai sekarang masih bisa jalan," tutur Rima.
Apa rahasia bisa tetap pertahankan usaha pub di tengah gerusan gedung-gedung pencakar langit ditambah cafe-cafe bermerek impor? Rima menjawab manajerial keuangan yang baik. "Selain itu kita menawarkan nuansa zaman dulu," tegas Rima.
MUSTHOLIH