Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bunga di Mata Yunizar  

image-gnews
"Bunga Silver II" karya Yunizar. (TEMPO/HERU CN)
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Perupa Yunizar, 39 tahun, menggelar pameran tunggal bertajuk “Jogja Psychedelia, Flowers from Yunizar” di Sangkring Art Space, Yogyakarta, 23 September hingga 10 Oktober 2010. Anggota kelompok Jendela ini mengusung bunga sebagai subject matter dengan tampilan naif, seperti lukisan anak usia delapan tahun.


“Orang memang selalu mengatakan lukisan saya bergaya naif, seperti lukisan anak-anak. Saya sendiri tak pernah menyebutnya naif. Setiap pelukis punya ekspresi sendiri,” kata Yunizar kepada Tempo, Minggu (26/9).

Cara Yunizar melukis bunga memang unik. Ia selalu menempatkan vas dengan berbagai varian bentuk pada bagian bawah kanvas. Dari “mulut” vas itulah Yunizar kemudian melukis tangkai yang bercabang-cabang dengan kelopak bunga di ujungnya. Tak pernah ada daun.

Perupa kelahiran Talawi, Sumatera Barat ini juga tidak pernah memperhitungkan proporsi lukisan bunganya. Tangkai bunga selalu dilukis dalam proporsi besar dibanding kelopak bunga di ujungnya. Belum lagi proporsi antara pot dengan bunganya.

Yunizar juga tidak memerlukan detil. Ia cukup melukis tangkai dan bunganya dalam satu warna. Kadang dengan warna perak, merah atau kuning dengan latar belakang yang juga warna tunggal: hitam, merah atau abu-abu. Lukisan bunga itu kemudian dibingkai dengan ornamen dekoratif. Sekilas, tampilan lukisan bunga karya Yunizar ini seperti taplak meja dengan renda-renda di pinggirannya.

Seperti sejumlah perupa tenar dunia, Yunizar juga hendak menyampaikan keindahan melalui lukisan bunganya. Namun, Yunizar melakukannya dengan caranya sendiri. “Arti bunga itu universal : indah, bagus. Saya juga ingin melakukannya, dengan cara saya. Inilah eskpresi estetik saya yang kebetulan berbeda dengan seniman lain,”  kata alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 1999 ini.

Bunga sebagai obyek lukisan sebenarnya bukan hal baru bagi Yunizar. Pada karya-karyanya terdahulu, obyek bunga selalu muncul, meski ukurannya kecil. Kali ini, Yunizar seperti menghadirkan pembesaran (zoom in) bunga-bunga pada karya sebelumnya dan kemudian menjadi materi pameran yang berdiri sendiri.

Meski kali ini bunga menjadi materi yang berdiri sendiri, Yunizar tetap saja tidak hendak menyampaikan pesan apapun, selain keindahan bunga itu dengan caranya sendiri. Termasuk juga ketika ia menorehkan gambar tengkorak pada vas berupa botol dalam karyanya yang berjudul “Vas Hitam”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Saya hanya ingin menunjukkan bahwa vas bunga itu bisa apa saja, termasuk dari botol yang bergambar tengkorak. Kalau kemudian orang menangkap kesan adanya kematian atau racun, silakan saja,” katanya.

Soal keindahan memang relatif. Kalaupun orang lain tidak menangkap keindahan dari bunga-bunga yang dilukisnya, Yunizar tidak perlu merisaukannya. “Ini persoalan daya estetis, kepuasan saya seperti itu. Kalau bunga-bunga itu saya lukis secara realis, kepuasan saya sebagai seniman tidak ada lagi,” katanya.

Sikap Yunizar inilah yang kemudian oleh kurator Aminudin TH Siregar disebut sebagai “mimpi buruk bagi para penganut realisme yang fanatik”. Menurut Aminudin, Yunizar adalah penantang terhadap segala hal yang bersifat akurat, segala bentuk yang terukur, segala wujud yang menyerupai kenyataan dan citraan fotografis, segala citraan yang dirancang dengan sengaja di atas kanvas, segala hal yang rasional dan segala penciptaan seni yang betujuan politis.

“Itulah sebabnya mengapa sosok Yunizar terbilang unik di medan sosial seni rupa Indonesia. Ketika seni rupa Indonesia penuh sesak dengan teknik lukis realis hingga kecenderungan realisme fotografis, Yunizar tetap bertahan di jalur estetiknya sendiri. Dia seolah tidak menghiraukan perubahan tren estetik yang sedang terjadi di sekitarnya,” tulis Ucok, panggilan akrab Aminudin TH Siregar, dalam katalog pameran.

Heru CN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

41 hari lalu

Seorang aktivis pro-Palestina memotong lukisan Menteri Luar Negeri Inggris abad ke-20, Arthur Balfour, di Universitas Cambridge
Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina


Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

54 hari lalu

Pameran belasan lukisan Barli di SuJiVa Resto & Art Space, Bandung, 15-29 Februari 2024.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.


Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

9 Februari 2024

Pameran karya nominasi kompetisi
Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.


Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

14 Januari 2024

Lukisan dua panel kanvas buatan Ayurika berjudul Temu. (Dok.Galeri).
Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.


Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

18 Desember 2023

Patung berjudul The Ancestors karya I Wayan Upadana buatan 2023.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.


Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

27 Agustus 2023

motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft dilukis oleh Putu Bonus Sudiana. (foto: Sergap)
Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.


Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

14 Agustus 2023

Butet Kartaredjasa (kiri), Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah), dan Djoko Pekik (kanan). (Instagram/@masbutet)
Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.


Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

6 Agustus 2023

Pameran kelompok Flemish berjudul Silence Before the Storm di Galeri Pusat Kebudayaan Jalan Naripan nomor 9 Bandung, 4-13 Agustus 2023. (ANWAR SISWADI)
Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.


Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

6 Agustus 2023

Pameran kelompok seniman AbstraX berjudul Dive into the world of Painting Matters di Galeri Lawangwangi Creative Space Bandung.(Tempo/Prima Mulia)
Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.


Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

7 Juli 2023

Seniman Sri Setyawati Mulyani alias Cipuk menggelar pameran tunggal berjudul Inner Landscape di Bandung. Dok. Orbital
Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.